- Back to Home »
- BIDADARI YANG TERABAIKAN !
Posted by : Unknown
Selasa, 10 Desember 2013
BIDADARI YANG TERABAIKAN !
Oleh Erlin
Fortunela S
Malam yang dingin tak menghentikan
langkah wanita cantik bernama lengkap Via Permata untuk mencari nafkah dan menghibur dirinya. Yah,
Via adalah wanita yang bekerja di sebuah klub malam di kota besar ini, Via
merupakan wanita tercantik diantara teman – temannya, Via juga dulu sempat
dinobatkan sebagai bunga desa di tempat tinggalnya sebelum para warga
mengetahui pekerjaan Via adalah sebagai wanita pelayan lelaki hidung belang.
Semalam Via mampu mendapat uang minimal 5 juta untuk setiap kali melayani
lelaki yang membutuhkan kehangatan tubuhnya. Tak hanya parasnya yang cantik,
namun Via juga memiliki tubuh yang sexi, ia selalu merawat tubuh dan menjaga
penampilannya agar tetap terlihat menarik di hadapan kaum adam. Kehidupannya
selama 24 tahun ini memang tak jauh dari dunia malam, sebab orangtuanya
merupakan pemilik salah satu klub malam yang tersohor, namun kini ia sebatang
kara dan harus mencari uang utnuk biaya kehidupan sendiri karena orangtuanya
meninggal dalam kecelakaan tunggal 5 tahun yang lalu.
“Via sayang, nanti sama Om Ardi yaa,
Om butuh kehangatan kamu nih…” terdengar suara berbisik dibelakang telinga Via,
hangat dan sedikit geli rasanya.
“Iya Om malam ini Via sepenuhnya
milik Om deh, tapi Via mau uangnya juga ditambah ya Om soalnya Via butuh banget
uang nihh.. .” memegang tangan Om Ardi dengan lirikan yang mesra Via merayu.
“Tenang aja Via, 10 juta cukup ??
atau 15 juta ?? asal kamu mau nemenin Om”
“15 juta, deal !!”
“Oke, kita have fun sekarang yaa, Om
sudah pesan penginapan dengan fasilitas VVIP untuk kita” ajak Om Ardi sambil merangkul pundak
Via.
Hanya dengan senyuman manis
menandakan bahwa Via sepenuhnya milik Om Ardi saat malam itu. Via memang tidak
mau jika hanya dibayar dengan uang sedikit karena kebutuhannya sebagai wanita
pasti banyak, ya ke salon, belanja dan lain – lain. Via tak mau melayani lelaki
jika tak berduit. Malam itu Via sungguh menikmati fasilitas yang diberikan Om
Ardi kepadanya, Via tak memperdulikan anggapan para tetangganya nanti jika dia
pulang waktu matahari mulai terbit.
Ӂӂӂ
Siang itu terdengar bunyi handphone
Via, ia beranjak bangun dan mulai menerima telfon dari seseorang yang tak
dikenalnya. Ya ternyata itu lagi – lagi adalah omelan dari istri para lelaki
yang ingin dihangatkan tubuhnya oleh Via. Via sudah biasa mendapat omelan dan cibiran seperti itu. Para tetanggapun
sering mengolok – oloknya, namun sedikitpun tak pernah ditanggapi oleh Via.
Via membalik kalender yang terpajang
didinding kamarnya, ia menghitung tanggal – tanggal yang ada, harusnya 2 minggu
yang lalu adalah waktu Via datang bulan, astaga Via terlambat 2 minggu.
“Astaga , ini nggak mungkin, aku
selalu cek sebelum melakukan suatu hubungan, kenapa ini bisa terjadi, nggak
mungkin kan aku hamil, aku harus gimana sekarang ??” Via mulai kebingungan dan
memutuskan untuk segera pergi ke dokter. Akhirnya Via mulai mengetahui jika dia
hamil, tapi dengan siapa ia tak tahu, banyak yang tidur dengannya. Via mulai
pergi ke klub dan meminta pertanggungjawaban kepada semua lelaki yang pernah
tidur dengannya tapi tak satupun yang mau menikahi Via karena mereka sudah
meiliki keluarga masing – masing. Kehancuran dirinya mulai ia rasakan saat ini,
betapa Via merasa terasingkan dari dunia ini, tak ada satupun lelaki yang mau
menikahinya. Namun tanpa disadari datang teman lama Via bernama Aditya Sanjaya,
pria culun yang sejak SMA naksir banget sama Via, Via mempunyai ide untuk
membujuk Adit supaya mau menikah dengannya. Pernikahanpun tidak diadakan dengan
pesta cukuup sederhana saja.
Beberapa
bulan kemudian setelah pernikahan berlangsung lahirlah seorang anak perempuan
yang sangat cantik, namun sedikitpun hati Via tak bangga ataupun gembira, hanya
Adit yang merasakan kebahagiaan, yaa Adit seorang manager sebuah restoran
terlaris di kotanya. Pemberian namapun hanya Adit yang memberikan, QUEENZA
AILEND NABILA nama yang cantik untuk bayi cantik dari seorang wanita cantik
pekerja malam.
Ӂӂӂ
Tujuh
tahun berlalu sedikitpun Via tak pernah memberikan kasih sayang kepada Ailend.
Via selalu menganggap Ailend sebagai pembawa sial karena kehadiran Ailend
pekerjaan Via terhambat karena bentuk tubuhnya mulai tidak karuan. Via kini
hanya bisa berdiam diri dirumah dan sesekali hang out bersama teman – temannya.
Ailend tak pernah protes meski diperlakukan tidak enak dari ibunya. Ayahnya
sibuk bekerja hingga ia terkadang merasa kesepian apalagi dengan bisikan
tetangga yang mengatakan bahwa Ailend bukan anak dari Aditya, Ailend adalah
anak haram dari hubungan ibunya dengan beberapa lelaki, disekolahpun teman –
temannya juga sering mengejeknya. Ailend hanya bisa menangis dan memendam dalam
hati semua yang pernah didengarnya, ia ingin bertanya pada ibunya namun takut
menyinggung perasaan sang ibu.
“Ayah,
apa bener Ailend ini bukan anak ayah ? temen Ailend dan tetangga selalu
berbicara kalau Ailend bukan anak ayah…” tatapan mata yang sedikit meneteskan
air mata itu membuat Adit kasihan terhadap Ailend.
“Ailend
anak ayah, Ailend jangan dengar kata orang yaa, mereka itu salah dan nggak tau
apa – apa, Ailend sayang ayah kan, jadi Ailend harus percaya sama ayah yaa…”
pelukan Adit membuat Ailend merasa tenang, hanya kehangatan pelukan ayahnya
yang bisa ia rasakan.
“Yah,
boleh Ailend tanya sesuatu ?”
“Tanya
apa sayang ?”
“Kenapa
ibu nggak pernah peluk Ailend seperti ayah peluk Ailend, kenapa ibu selalu
benci sama Ailend yah…”
“Ibu
nggak benci sama Ailend, mungkin ibu sedang ada pikiran atau kecapean, jadi
Ailend harus mengerti yaa sayang…”
Senyuman
manis Ailend membuat hati Adit sedikit gembira. Adit terkadang juga bingung
terhadap istrinya yang tak pernah memperhatikan anaknya sejak kecil. Setahu
Adit Via wanita yang baik terhadap siapapun, Adit juga merasa bingung dan
memutuskan untuk segera berangkat bekerja.
Ӂӂӂ
“Ailend, cepat kamu bersih – bersih
rumah, halaman rumah kotor, dapur berantakan, cucian masih numpuk, kamu ngapain
aja sih seharian nggak kerja, kamu pasti main kan !!!” ucap Via sambil mencubit
tangan Ailend.
“Nggak bu, Ailend tadi ngerjain
tugas sekolah…”menundukan kepala dan tubuh gemetar Ailend menghadapi sikap
ibunya yang selalu seperti ini setiap harinya jika ayahnya tidak ada di rumah.
“Alasan saja, kamu itu pemalas yaa
!!!” sambil menyeret tubuh gadis kecil itu Via membawa Ailend ke dapur untuk
membersihkan semua yang berantakan dan kotor. Ailend hanya bisa menangis sambil
menuruti perintah ibunya. Ailend tak mengerti kenapa ibunya sekejam ini, tak
seperti ibu pada umumnya yang selalu menyayangi anaknya. Tiba – tiba Ailend
merasa pusing dan tubuhnya lemas, ia mencoba berjalan mencari ibunya, namun
ibunya tak mau tahu apa yang terjadi. Pingsan, itu yang dialami Ailend didepan
ibunya, tapi sedikitpun tak tergugah hati seorang ibu melihat anaknya seperti
itu. Ketika tersadar Ailend tetap berada diposisi awal ia terjatuh dan pingsan,
Ailend mencoba untuk bangun dan mencari ibunya, namun tak ditemukannya. Ailend
segera mengambil segelas air dari lemari es kemudian melanjutkan pekerjaannya
yang tertunda tadi.
“Eh, udah sadar ! Nanti kamu setrika
baju – baju ditumpukan itu, secepatnya selesaikan !!” bentak Via terhadap
anaknya.
“Iya bu…” Ailend hanya hanya bisa
menuruti perkataan ibunya, sebab jika tidak ibunya akan melakukan hal yang
lebih kejam kepadanya.
Ailend tak pernah mengeluh atas apa
yang dilakukan ibunya kepadanya. Hingga suatu hari Adit melihat Ailend sedang
mencuci baju, kebetulan Adit pulang cepat dan tak mendapati Via dirumah. Adit
terkejut jika ternyata selama ini Ailend yang mengerjakan pekerjaan berat itu.
Kemarahan Adit terhadap Via memuncak saat melihat wajah Ailend yang pucat dan
badannya yang panas.
“Sayang, kenapa kamu kerjain kerjaan
ini, kamu kan masih kecil, badan kamu juga pucat dan panas banget, kita ke
dokter yuk…” ucap Adit kepada Ailend dengan kelembutan.
“Nggak usah ayah, Ailend masih kuat
kok buat kerjain ini, Ailend kan tiap hari melakukan semua ini Ayah, apa ayah
mau bantuin Ailend ?” dengan senyum polos anak kecil Ailend menatap ayahnya.
“Memang siapa yang menyuruh kamu
melakukan semua ini nak..”
“Ibu yang meminta Ailend untuk
mengerjakan semuanya, ayah jangan marah sama ibu yaa, soalnya Ailend tahu ibu
menyuruh Ailend seperti ini supaya Ailend mandiri ayah…”
“Tapi Ailend, ibu kamu keterlaluan,
biar ayah yang bilangin nanti kalau nggak boleh nyuruh Ailend kerja berat
seperti ini biar Ailend nggak kecapean yaa sayang…”
“Nggak usah ayah, Ailend ikhlas kok
lakuin semua ini, Ailend sayang ibu, jadi Ailend nggak mau buat ibu sedih
karena nggak nurut sama ibu…”
Tiba – tiba Ailend pingsan setelah
berkata seperti itu ke ayahnya. Adit segera membawanya ke rumah sakit.
Setibanya dirumah sakit dokter segera menanganinya dan setelah diperiksa
ternyata Ailend mengalami kanker otak stadium lanjut. Adit terkejut mendengar anaknya
divonis seperti itu oleh dokter. Via yang tiba – tiba datang langsung mendapat
omelan dari Adit. Adit sungguh kecewa dan kesal terhadap Via, ia tak menyagka
wanita yang selama ini sangat dicintainya ternyata memiliki sikap yang busuk
dalam hatinya. Via hanya tenang dan
tidak merasa bersalah sedikitpun mendengar ucapan Adit, bahkan Via
sangat santai ketika mengetahui anaknya menderita kanker otak stadium lanjut.
Via hanya cengar – cengir sendiri mengetahui semuanya, sedangkan Adit tanpa
terasa menetes air dari kedua bola matanya. Adit sangat terpukul mendengar
berita ini, tubuhnya lemas tak berdaya melihat anaknya terbaring di rumah sakit
dengan penyakit seperti itu. Kekesalan Adit semakin memuncak ketika Via
sedikitpun tak memperdulikan Ailend.
“Gimana perasaan kamu sekarang, apa
kamu puas melihat Ailend seperti ini, apa kamu merasa bangga sudah membuat
Ailend mengalami semua ini, hahhh jawab Via, jawab !!!” bentak Adit sambil
memegang pundak Via, wanita yang dicintai dan menyiksa bidadari kecilnya selama
ini.
“Kamu itu nggak usah keterlaluan
gitu, biarin aja anak itu sakit, aku aja ibunya nggak peduli, kamu yang bukan
ayahnya sok peduli !!!” celetuk Via tanpa sadar.
“Apa kamu bilang, aku bukan ayahnya
??? Lalu siapa sebenarnya ayah Ailend, kamu bercanda kan Via, disaat seperti
ini kamu masih bisa bercanda, dasar wanita gila !!”
“Aku nggak bercanda, mungkin ini
saatnya, menutupi lagi juga sudah nggak mungkin, kamu itu bukan ayah kandung
Ailend, aku hamil sebelum menikah sama kamu, aku sendirii juga ngga tau Ailend
itu anak siapa, aku terlalu banyak tidur dengan laki – laki, saat aku minta
pertanggungjawaban semua menolak, dan akhirnya kamu datang saat waktu yang
tepat, jadi aku bisa manfaatin cinta kamu untuk menjadi ayah dari bayi yang aku
kandung agar aku tidak dilecehkan tetangga, apa kamu mengerti sekarang ???”
ucapan dengan santai itu keluar dengan lancar dari mulut Via, tak ada
penyesalan yang terlihat dari raut wajahnya.
“Aku nggak nyangka Vi, kamu tega
banget sama aku dan Ailend, kamu nggak apa – apa lakuin ini ke aku, tapi Ailend
nggak sepantasnya kamu siksa seperti itu, Ailend nggak salah Vi, tapi kelakuan
kamu yang salah !”
“Sudahlah kamu jangan sok baik,
Ailend itu membawa sial buat aku, jadi buat apa aku harus baik sama dia !”
“Keterlaluan kamu Vi..” Adit
berjalan menuju ruang perawatan Ailend sesampainya di ruang perawatan Ailend,
Adit melihat Ailend sedang menangis.
“Ailend sayang kamu kenapa kok
nangis ?”
“Ailend nggak apa-apa kok yah,
emangnya Ailend sakit apa ?”
“Ailend Cuma kecapean kok”
Setelah lama berbincang-bincang
Via pun datang, tetapi ia tak mendekati Ailend sedikitpun. Via hanya berjarak 3
meter dari tempat tidur Ailend, ia merasa Ailend hanya tambah merepotkan dan
menambah beban hidupnya.
“Cepat
kemas-kemas barangmu lalu pulang, pekerjaan di rumah sudah banyak !”
“Iya
bu ?”
“Kamu
ini gimana Vi, Ailend kan masih sakit !” Celetus Adit.
“Ayah,
Ailend kan udah nggak apa-apa, katanya tadi Ailend hanya kecapean lagi pula
kalau Ailend kelamaan dirumah sakit nanti uang ayah habis, benar kata ibu kalau
Ailend harus cepat pulang nanti kasihan ibu kalau harus beresin rumah, ibu
nanti capek ayah, ibu kan seperti ini karena sayang sama Ailend, ibu nggak mau
Ailend manja dan nggak bisa apa – apa, ibu kan baik mengajari Ailend mandiri ayah”
jawab Ailend dengan penuh kelembutan.
“Kamu
dengar kan apa kata Ailend, dia aja nggak protes kok aku suruh pulang, kenapa
kamu yang ngeyel Dit.. Ayo Ailend cepat kemasi barangmu !” Bentak Via.
“Iya
bu, Ailend akan beresin barang – barang Ailend…” dengan wajah yang masih pucat
Ailend mencoba beranjak dari tempat tidur.
“Ailend
sayang, kamu istirahat saja yaa disini, kata dokter tadi kamu nggak boleh kerja
yang berat, kamu harus lebih banyak istirahat sayang…” Adit beranjak dari
tempat duduk dan mencoba mencegah Ailend untuk membereskan barang – barangnya.
“Nggak
apa – apa kok yah, Ailend udah kuat, Ailend juga udah sehat, Ailend kangen
rumah, Ailend nggak mau tidur disini yah…”
“Ailend
sayang, kamu sayang sama Ayah kan ? Ayah minta Ailend untuk beberapa waktu
tidur disini dulu ya sayang…” minta Adit sambil menggendong anaknya yang
terlihat pucat itu, Adit sedikit meneteskan air mata karena tak tahan dan tak
sanggup menerima kenyataan yang terjdi saat ini.
“Ayah,
Ailend nggak mau ngrepoti ayah dan ibu, Ailend kuat kok yah…”
‘Ahhh,
udah ah nggak usah sok drama, cepat ayo pulang, nggak bisa diajak cepat ya
kalian, dasar pembawa sial !!!” terdengar suara keras dan kasar memecah telinga
Adit, yaa itu suara Via.
“Tuh
kan yah, ibu nyuruh kita cepat pulang, itu tandanya ibu mengajari Ailend untuk
tepat waktu, ibu itu baik ayah, ibu selalu memberikan perhatian ke Ailend, ibu
selalu mengajarkan Ailend untuk menjadi anak yang kuat dan tegar, yang tidak
durhaka ayah” kepolosan Ailend dengan ucapan itu membuat hati Adit menangis
haru, anak cantik berhati malaikat ini diabaikan begitu saja oleh Via, dimana
hati Via hingga ia tak melihat sosok bidadari kecilnya yang membutuhkan kasih
sayang dan perhatian.
“Ya
sudah ayah bantu mengemasi barangnya ya sayang…” menatap bidadari kecil yang
kini bermuka pucat Adit merasa bersalah karena tak bisa melindungi malaikat
kecilnya.
“Iya
ayah, terimakasih” jawab Ailend polos.
“Sudah
cepat bereskan jangan banyak bicara !!!” Bentak Via kasar.
Adit
membantu Ailend untuk segera membereskan dan cepat pulang. Adit tak tega
melihat Ailend menderita seperti ini, meski Adit mengetahui bahwa Ailend bukan
anak kandungnya, namun Adit sudah terlanjur sayang kepada Ailend seperti anak
kandungnya sendiri.
Ӂӂӂ
Siksa terus dilakukan oleh Via
terhadap Ailend, Via ternyata sudah beku hatinya karena kelahiran Ailend,
sedikitpun tak ada rasa sayang dari Via untuk anak yang telah dilahirkannya
itu. Ailend pun hanya bisa menurut kepada ibunya karena Ailend berfikir bahwa
ibunya seperti ini karena menyayanginya dan tak ingin menjadikan Ailend anak
yang pemalas. Ailend selalu mengerti akan sikap Via terhadapnya.
“Ailend, cepat kamu setrikain baju –
baju ibu di dalam lemari, semuanya tidak rapi, kamu beresin semua, kalau tidak
kamu nggak dapat jatah makan pagi ini !!” teriak Via dari dalam kamar menyuruh
Ailend untuk bekerja kembali setelah sehat badannya.
“Ibu tapi Ailend lapar, dari tadi
malam Ailend belum makan bu…” Ailend kesakitan memegang perutnya yang
keroncongan.
“Heh, aku nggak mau tahu, kamu lapar
ataupun apa , kamu harus lakuin semua yang ibu suruh, jangan males, masih kecil
males kalau udah gede mau jadi apa kamu !!!” bentak Via sambil beranjak menuju
Via dan mencubit lengannya.
“Iya bu, Ailend akan lakuin yang ibu
suruh” dengan berjalan pelan Ailend menuju lemari dan mengambil baju yang ada
dikamar ibunya.
Selalu setelah Ailend selesai
melakukan pekerjaannya, Via menyuruhnya mengerjakan hal yang lain. Via tidak
pernah merasa sedikit kasihan terhadap Ailend. Beberapa perkerjaan rumah
selesai namun Ailend tudak juga diberi makan oleh Via. Ailend memintapun tak
pernah dikasih, dan tiba – tiba Ailend pingsan kembali. Via beberapa kali mencoba
membangunkan Ailend, namun Ailend tak juga bangun dari pingsannya. Via menelfon
Adit untuk segera pulang dari kerjanya.
“ Heh Dit, cepet pulang, anak sialan
ini pingsan lagi, ngerepotin aja bisanya”
“Iya Vi, aku pulang sekarang…”
tampak kecemasan terlintas dalam suara Adit.
Sesampai dirumah Adit segera
menggendong dan membawa Ailend ke rumah sakit. Via menemani dengan wajah yang
cuek dan tak sedikitpun cemas. Beberapa kali dokter memeriksa kondisi Ailend,
namun tetap saja sama. Dokter sudah memperingati Adit bahwa Ailend tidak boleh
terlalu capek dan harus menjaga kesehatannya namun Via selalu saja menyuruh
Ailend untuk melakukan tugas berat. Dokter memvonis Ailend meninggal sebelum
dibawa ke rumah sakit, jika Ailend bisa dibawa kerumahsakit lebih cepat mungkin
masih bisa diselamatkan. Mendengar berita itu hati Adit menangis, Adit telah
menyayangi Ailend seperti anak kandungnya tapi kenapa harus Ailend bidadari
kecil yang tak berdosa itu secepat ini dipanggil oleh Sang Kuasa. Adit
menyalahkan Via atas kematian Ailend, namun Via sedikitpun tidak mau mendengar
apa yang dikatan Adit. Mereka membawa tubuh Ailend pulang untuk dimakamkan.
Proses pemakaman pun Via tak sedikit terbuka hatinya. Hingga suatu hari Via
menemukan sebuah catatan dikamar Ailend.
Ibu,
aku menyayangimu, aku merindukan hangat pelukmu, aku ingin merasakan kasih
sayang dari ibu, aku kangen sama ibu, aku cinta ibu, aku tau ibu sebenarnya
menyayangiku sehingga ibu ingin aku menjadi anak yang rajin bukan pemalas, yang
mandiri bukan selalu bergantung pada orang lain. Ayah sangat menyayangiku, aku
juga sayang ayah tapi aku bisa setiap saat merasakan hangat pelukan ayah, aku
ingin merasakan hangat pelukan ibu, kapankah ibu mau memelukku ? Apa hingga
tubuhku nanti terbaring lemah ibu tak mau memelukku ?? ibu aku tau umurku sudah
tidak lama lagi, meskipun ayah tidak mau memberitahu tentang penyakitku ini
tapi aku mendengarkan pembicaraan dokter bahwa aku divonis penyakit kanker otak
bu?? aku menyayangimu bu, aku tak mau ayah menyakitimu…
ibu aku berharap ibu membaca surat kecil ini…
Aku
menyayangimu buu… Ailend sayang ibu…
Selembar kertas itu membuat air mata
Via menetes tanpa terasa, Via mulai menyadari bahwa ternyata anak yang selama
ini dianggapnya pembawa sial sangat menyayanginya. Via memberikan selembar
kertas itu ke Adit. Aditpun menangis dan segera mengajak Via untuk berkunjung
ke makam Ailend. Via menangis sejadi – jadinya dimakam Ailend. Penyesalan Via
terlambat untuk meminta maaf ke Ailend, kasih sayang yang akan diberikan juga
tidak mungkin lagi, Via benar – benar menyesali semua sikapnya selama ini. Via
hanya bisa menangis dan berteriak meminta maaf pada bidadari kecilnya yang
selama ini diabaikannya, yang selama ini tak pernah dianggap kehadirannya.
Penyesalan yang datang terlambat disadari oleh Via. Adit hanya bisa menenangkan
Via yang sudah sadar akan kesalahannya selama ini. Via merasa tak kuat
menanggung penyesalannya.
Sebulan Via tak mau bicara, makanpun
hanya sedikit, Via tak merawat tubuhnya sedikitpun, dibiarkannya berantakan.
Via masih merasa bersalah atas kematian Ailend, Bidadari kecil yang cantik yang
telah tulus menyayanginya, akhirnya Via mencoba untuk menyusul Ailend dan
meminta maaf, Via meninggal dalam kecelakaan ketika menuju ke makam Ailend.
Adit yang saat itu bekerja akhirnya pulang dan meratapi kejadian yang terjadi
pada istrinya. Adit merasa tak kuat hidup tanpa orang – orang yang ia sayangi,
dan pisau yang ditancapkan di dadanya menunjukkan bahwa Aditpun menyusul Via
dan Ailend.