- Back to Home »
- RINDU YANG MEMBAWA MAUT
Posted by : Unknown
Selasa, 10 Desember 2013
RINDU YANG MEMBAWA MAUT
Kala bintangg mulaii
meredupkan sinarnya , ceria itu sudah ta nampak lagi di hati Viola. Kegundahan
selalu menyelimuti harinyaa, adakah ia
kan terlarut dalam kesendirian itu selamanya. Sosok pujaan hati yang telah
menemaninya selama 5 tahun itu kini menghilang, tak ada kabar yang jelas akan
semua itu. Mungkinkah karena adanya gadis lain ?? atau mungkin karena ada suatu
hal yang membuat semua ini terjadi? Viola benar – benar bingung dengan ini
semua. Lelaki yang bernama Dipta itu kini tak bisa selalu menemani harinya, tak
akan lagi ada keceriaan seperti dulu. Bayu, sahabat Viola pun tak mengerti akan
semua yang terjadi, ia tak tega melihat Viola seperti ini, namun ia pun tak tau
apa yang harus dilakukannya.
Malam
yang larut mendorong Viola untuk keluar dari rumah menuju sebuah Taman. Tempat
dimana dirinya dan Dipta selalu menghabiskan waktu bersama. Keceriaan yang
selalu tercipta selalu membuat Viola meneteskan air mata kala kenangan itu
terlintas di matanya.
“
Andai aja kamu ada disini Dip, pasti aku ngga akan bersedih, karena kamu selalu
bisa buat aku tersenyum”, ucap Viola dalam hati.
“Vi,
kamu kenapa malem – malem gini disini sendirian?” tanya Bayu yang tiba – tiba
muncul.
“
Ngga apa – apa kok Bay, Cuma pengen liatin bintang aja, kamu ngapain disini”.
“Aku
mau nemenin kamu Vi, soalnya kamu beberapa bulan ini sering murung sendiri,
kamu juga malahh sering pingsan dan sakit, kamu masih mikirin Dipta yaa?”
“Ahh
kamu ini apaan sih Bay, ya ngaa lahh, ngapain
aku mikirin Dipta, kurang kerjaan banget, lagian ya aku masih banyak kegiatan
yang lain daripada harus mikirin Dipta”.
“Oh
yaa Viola sayangg...”
“Udahlah
Bay, nagapin sih harus ngomongin dia, ngga penting!”
“Ngga
penting atau....”
“Iya
iyaa aku sekarang kangen banget Bay ma dia, aku ngga tau kenapa aku masih belum
bisa lupain dia, aku masih sayang banget ma Dipta”, jelas Viola.
“Iyaa
kan aku pasti bener”.
“Udahh
ahh aku mau pulang aja, udah malem”.
“Ehh
aku anterin ya Vi”.
“Ngga
usah aku bisa pulang sendiri”.
“Tapi
Vi...”.
“Udah
tenang aja”.
“Ya
udahlah hati – hati ya, see you”.
“Ok..”.
Langkah
kaki yang tak seperti biasanya membuat Viola semakin terlihat lemah akan
perasaannya. Dipta yang selalu buatnya tegar menghadapi ini semua kini tak
mampu lagi menemani. Menyusuri jalan menuju sebuah rumah yang tak jauh serasa
bagai berjalan di sebuah gurun yang tak akan ada ujungnya. Kabar dari Dipta pun
tak pernah ia terima sama sekali.
“Selamat
pagi Ratu Viola”, ucap Bayu yang selalu tiba – tiba ada dikamar Viola setiap
pagi.
“Aduh
Bay, kamu itu kebiasaan ya masuk kamar aku tiap pagi, masih ngantuk ahh”, sahut
Viola dibalik selimutnya.
“Vi,
ini udah siang kali, udah jam sembilan”.
“Apa!!!!!”,
terhentak Viola dari tempat tidurnya.
“Kamu
kenapa Vi”.
“Aduhh
Bay kenapa ngga bangunin aku daritadi sihh, aku kan ada janji sama Dipta!”
“Viola
sadar!!!!!”, ucap Bayu sambil memegangg tangan Viola, “Dipta udah pergi Vi, dia
ninggalin kamu, dia ngga ada disini, kamu harus bisa terima kenyataan ini, udah
11 bulan yang lalu Dipta pergi ninggalin
kita semua”.
“Ngga
Bay, Dipta ngga pergi, Dipta ada di taman, dia semalem telfon aku kok”.
“Vi,
aku harap kamu tenang, kamu ikhlasin Dipta, lupain dia”.
“Aku
ngga bisa Bay, aku ngga bisa”.
Tangisan
Viola pun tak terhelakan lagi. Bayu tak tau mengapa Viola selalu seperti ini
setiap hari. Gadis yang sudah dianggap layaknya adik itu pun menangis dan terus
menagis, hingga akhirnya dia pingsan.
Beberapa
waktu kemudian Viola tersadar, ia mencari Dipta, Dipta dan Dipta, tak ada nama
lain yang terucap dari bibirnya selain nama Dipta. Bayu yang tak tega malihat
Viola seperti itupun segera mengajak Viola keluar rumah, namun Viola menolak.
Hingga akhirnya Bayu pun berhasil membujuk Viola untuk jalan – jalan dengan
janji Bayu mau mengantar Viola main ke tempat Dipta. Lagi pula ngga ada salahnya juga mereka mampir ke tumah Dipta untuk
sesekali.
“Permisi...”
ucap Viola.
“Iya
tunggu sebentar”, terdengar suara samar dari dalam rumah, “ Oh, Viola apa
kabarnya, sudah lama tidak main kesini, ayo masuk, silahkan!” ucap Bu Cristy (
Ibu Dipta ).
“Oh
iya Tante, kenalin ini Bayu sahabat aku”, cakap Viola.
“Saya
Bayu tante, sahabat Viola” ucap Bayu.
“Oh,
mari silahkan duduk”.
“Tante,
maaf sebelumnya Viola boleh tanya ngga??” sahut Viola.
“
Tanya apaa Vi??” jawab Bu Cristy.
“Soal
Dipta tante, sebenernya dia kemana ya, kok dia tiba – tiba menghilang gitu” Tanya Viona penasaran.
”Maaf yaa Vi, bukannya Tante ngga mau ngasih tau kamu, tapii
Dipta sendiri yang meminta kepada Tante untuk tiddak memberitau kepada siapapun
tentang dirinya”
“Tapi kenapa Tante, Viola kan pacarnya ?”
“Maaf Vi, tapi itu pesan Dipta dan ini ada sesuatu yg
Dipta titipkan ke Tante buat kamu”
“Ini apa Tante ?”
“Kamu buka sendiri yaa Vi..”
“Baik Tante, kalo gitu Viola pamit pulangg yaa udah sore”
“Iya, hati – hati dijalan yaa, Bayuu tolonh kamu jaga
Viola yaa..”
“Passtii Tante” jawab Bayu dengan tegas.
Sesampainya dirumah Viola membuka bungkusan itu, ada sebuah
kalung liontin dan sepucuk surat…
Dear Viola sayangg,
Viola, aku
tau kalung ini yang kamu inginkan dari dulu, bagus tiddak ?? Vi, saat kamu
menerima kalung ini mungkin aku suddah berada jauh dari kamu, aku jauh ditempat
yang mana aku selalu bisa melihat kamu tersenyum tapi mungkin kamu gak akan
bias melihat senyumku…
Vi, aku sangat
menyayangimu, terlalu indah kenangan yang kita ukir selama ini. Kenangan yang
selama ini selalu aku rindukan ketika kamu tersenyum untukku, ketika kita
menangis bersama ditengah hujan, ketika kita terjatuh dan mampu bangkit lagi. Satu
hal yang harus aku beritau, selama ini aku mengidap kanker otak, aku sengaja
merahasiakan ini karna aku gak mau buat kamu kecewa, aku gak mau kamu jadi
repot ngurusi aku, dan aku gak mau jadi bebean buat hidup kamu dan orang yang
menyayangiku. Vi, kini saatnya kamu harus bangkit dari keterpurukan hati kamu.
Aku bahagia Vi disini dan aku baik – baik saja, yakinlah aku disini akan selalu
bersamamu, bersama rindu kasihmuu…
Love,
Dipta
Seusai membaca surat itu Viola langsung menangis tiada
hentii, air matanya membasahi seluruh pipinya. Tak sadar akan kenyataan yang
sudah terjadi bahwa sebenarnya Dipta telah pergi, pergi untuk selamanya. Tak
sanggup dengan apa yang dialaminya Violapun bunuh diri hingga akhirnya dia
meninggal dalam rindu cintanya yang tak pernah berujung.