Popular Post

Posted by : Unknown Selasa, 10 Desember 2013

KEKUATAN ADAT MELEMAHKAN EMANSIPASI WANITA
Novel Cinta Yang Membawa Maut
Karya Nur Sutan Iskandar & Abdoel Ager
Oleh Erlin Fortunela S.
5.11.06.13.0.006

A.    Pendahuluan
Sastra merupakan seni bahasa yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah dan memiliki makna yang dalam berdasarkan pengalaman jiwa manusia serta disusun dengan bahasa yang indah sehingga mencapai nilai estetika yang tinggi. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya dalam bentuk cerita.
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Karya sastra apalagi novel dapat dinikamati oleh berbagai kalangan yang biasanya disebut sebagai masyarakat pecinta sastra.
Zaman terus berganti kearah yang lebih cerah. Dalam peralihan zaman ini, karya – karya satrawan yang terlarang dulu dapat diterbitkan kembali. Saat ini masyarakat mendapat kesempatan dan kebebasan  untuk membuat karya – karya besarnya, sehingga mampu berekspresi dengan kemampuan yang dimilikinya untuk menciptakan suatu karya sastra.
B.     Kekuatan Adat Melemahkan Emansipasi Wanita
Novel Cinta Yang Membawa Maut karya Nur Sutan Iskandar dan Abdoel Ager diterbitkan oleh Balai Pustaka tahun 1926 pada cetakan pertama. Cinta Yang Membawa Maut, dari judulnya saja kita sudah dapat membayangkan isi dari novel tersebut, mungkin mengenai kekuatan cinta yang tak sampai hingga akhirnya dibawa sampai mati.
Ternyata perkiraan saya benar, novel ini menceritakan kisah cinta yang tak sampai melalui tokoh – tokohnya dengan gaya Melayunya yang khas. Banyak nasihat yang dapat diambil sebagai pelajaran dalam pergaulan kita sehari – hari.
Cinta yang tak mendapat ijin dari orang tua nampaknya akan sia – sia saja.Bahwa telah diketahui  kuasa orang tua itu besar kepada anaknya, kerasnya kekuatan adat di negeri ini dan uanglah yang berkuasa pula. Jikalau anak telah menghendaki untuk menjadi suami istri kelak, akan tetapi kalau orang tua tidak setuju jangan pernah berharap semua itu akan jadi nyata. Dahlan dan Syamsiar yang telah terlanjur berkata kelak akan menjadi suami istri tanpa terlebih dahulu memberi tahukan ini kepada orang tua masing – masing kelakpun tak akan berakhir bahagia. Jika menurut adat istiadat bangsa ini, tidak patut seorang laki – laki datang meminang seorang gadis, kepada gadis itu sendiri, karena yang terpenting adalah orang tua sajalah yang harus merundingkan itu semua, jika kedua belah pihak sudah sepakat meskipun seorang laki – laki dan perempuan itu belum saling kenal maka pernikahanpun sudah boleh dilaksanakan. Disinilah yang menyebabkan tertindasnya kaum wanita dan banyaknya pernikahan yang tidak berlangsung selamanya. Dengan kekuatan adat istiadat yang tak dapat lagi di langgar semakin membuat kaum yang lemah tertindas, dengan kekuasaan orang tua pula terhadap anaknya membuat anak untuk tidak berani menentukan sendiri arah hidup yang dipilihnya karena jika anak melanggar dan tak mau menuruti perintah orang tua sama saja itu durhaka, apalagi dengan orang yang mempunyai harta yang berlimpah apa saja bisa dilakukan olehnya, yang mementingkan kebahagiaannya sendiri dibandingan kebahagiaan orang lain dan masyarakat umum. Adat istiadat dengan perjodohan nampaknya membuat kaum wanita merasa tak berdaya dan tak mampu lagi berbuat apa – apa, karena jika ia menolak untuk dijodohkan itu berarti ia telah durhaka kepada orang tua. Sebaliknya begitu apakah orang tua tidak pernah sedikitpun peduli dengan kebahagiaan anaknya, yang ada dipikiran mereka bahwa perjodohan ini untuk mengikat tali silahturahmi dan mengangkat derajatnya jika bermenantukan orang kaya.
Dahlan dan Syamsiar adalah sahabat yang diam – diam menyimpan rasa cinta dan kasih sayang mereka di hati masing – masing. Namun akhirnya semua itu terungkap juga oleh keduanya. Dahlan dan Syamsiar menyembunyikan hubungan mereka dari keluarga masing – masing, yang ini menandakan bahwa Syamsiar telah melanggar adat yang ada, tak baik jika seorang gadis berjalan berdua dengan laki – laki tanpa ada orang kepercayaan yang mendampinginya. Dan setelah semuanya berjalan tiba – tiba Dahlan mendapatkan surat tugas dari Tuan Insperkur sekolah Bumiputra untuk ke Bukittinggi untuk melaksanakan ujian hulponderwijzer yang diadakan di Sekolah Raja ( Kweekschool ), sebuah ujian untuk menjadi guru bantu. Sebelum keberangkatan Dahlan Syamsiar berpesan kepada Dahlan bila sesampai di Bukittinggi hendaklah langsung mengirim surat, namun apa yang terjadi tak disangka, sesampainya disana Dahlan malah mengulur waktu untuk menulis surat karena ia percaya bahwa Syamsiar akan selalu setia menantinya dan tak akan berpaling ke laki – laki lain. Setelah mengikuti ujian itu Dahlan pun lulus dengan nilai terbaik dan nomor satu, namun tak disadari yang terjadi di Sawahlunto tempat kekasihnya bahwa Syamsiar telah dijodohkan oleh orang tuanya dengan anak Baginda Suleman yang bernama Abdullah. Perjodohan ini tak diberitahukan ke Syamsiar, bahkan pesta pernikahannya akan dilaksanakan 3 hari kedepan.
Namun meskipun begitu Syamsiar akhirnya tahu, ia menangis tak kuasa atas semua yang diketahuinya saat ini. Secepatnya ia pergi kerumah sahabatnya untuk menulis surat kepada Dahlan yang mengabarkan perjodohan ini. Syamsiar meminta Dahlan untuk segera pulang dan menolongnya lepas dari semua ini. Namun surat Syamsiar datang terlambat, semua terlambat diketahui oleh Dahlan. Sebagai anak yang berbakti kepada orang tua dan mematuhi adatnya, ia pun menerima perjodohan ini. Syamsiar pun menikah terpaksa dengan Abdullah, namun apa hendak dikata ia tak merasa bisa mencintai suaminya itu, rasa cintanya begitu besar pada Dahlan. Setelah itu beberapa hari kemudian Dahlan kembali ke Sawahlunto dan menemui Syamsiar secara diam – diam. Tetapi setelah pertemuan itu keesokan harinya Dahlan pergi mengajar dan mendapatkan surat yang berisi Acte van bekwaamheid yang tandanya Dahlan telah berhasil dalam cita – citanya menjadi guru bantu ( hulponderwijzer ) di Kutaraja.
Beberapa bulan Dahlan di Kutaraja ia selalu saja teringat Syamsiar, begitupun Syamsiar. Semenjak Dahlan meninggalkan Sawahlunto, Syamsiar tidak pernah bahagia hidup bersama Abdullah, justru hanya Dahlan yang ada di hati dan pikirannya. Syamsiar tak mampu lagi berpikir, semuanya kacau balau. Ia telah berusaha menjadi istri yang baik untuk Abdullah namun apapun yang dilakukannya tak pernah bisa membuatnya nyaman tinggal dan hidup bersama Abdullah. Semakin Syamsiar mencoba untuk mencintai Abdullah, semakin ia teringat pada Dahlan yang mungkin tak kan bertemu lagi di dunia ini. Beginilah hasil pernikahan yang tanpa didasari cinta dan kasih sayang, yang hanya mengandalkan adat, harta, kekuasaan orang tua terhadap anaknya dan anak yang tak mampu menolak perintah orang tuanya. Syamsiar tak bahagia hidup bergelimang harta, ia merindukan saat – saat bersama Dahlan yang sederhana namun mampu menjaga cinta kasih sayangnya.
Dahlan pun yang jauh di Kutaraja menderita sakit dan harus berulang – ulang pergi ke dokter. Dahlan yang selalu memikirkan Syamsiarpun tak tahu harus bagaimana lagi. Ia menyesal mengapa dulu tak ia katakan langsung apa maksud hati yang dikehendaki kepada orang tua Syamsiar. Andaikan waktu itu Dahlan sampaikan niatnya mungkin sekarang tak akan seperti ini. Penyesalan selalu datang pada akhirnya jika semuanya telah hilang dan lenyap dari genggaman. Dahlanpun akhirnya meninggal dunia karena sakitnya itu, dan Syamsiar pun bunuh diri karena tak kuat menahan rasa sayang dan rindu kepada Dahlan. Sejak saat itu orang tua Syamsiar merasa telah menyesal menjodohkan anaknya dengan lelaki yang tak pernah dicintai anaknya. Karena sangat berduka cita atas meninggalnya Syamsiar akhirnya kedua orang tua Syamsiar meninggal dunia, Baginda Suleman pun meninggal dunia juga karena tak tahan melihat semua ini. Abdullah yang hampir gila selama bertahun – tahun karena kehilangan istrinya akhirnya menikah kembali dengan perempuan yang tulus mencintainya.
Dalam kisah ini dapat diambil amanat, bahwa kekuatan adat, kekuasaan orang tua dan harta janganlah dijadikan penghalang dan diandalkan untuk menentukan kebahagiaan seseorang, jika memang adat itu benar dan baik sesuai dengan kehidupan maka itu memang patut dilaksanakan, serta janganlah orang tua berfikir cepat untuk menentukan kebahagiaan anak sebelum tahu yang sebenarnya isi hati anak tersebut dan menyesal kemudian, karena kebahagiaan anak itu tidak hanya diukur dengan materi dan harta yang berlimpah. Dalam novel ini alur yang digunakan alur maju. Nur Sutan Iskandar menggambarkan tokoh Syamsiar sebagai gadis yang menurut kepada orang tua, baik hati dan peduli terhadap teman serta tidak berani jujur tentang kata hatinya pada kedua orang tuanya, sedangkan Dahlan seorang guru yang baik hati dan dicintai oleh muridnya, namun Dahlan tidak berani mengungkapkan perasaannya terhadap orang tua Syamsiar.
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini memang dominan bahasa melayu,  karena cetakan pertamanya tahun 1926, waktu bahasa melayu masih menjadi bahasa pengantar karya sastra Indonesia.Banyak hal menarik dalam novel ini, sambungan antar bagian cerita tersusun begitu baik, permainan perasaannya sangat menyentuh hati apalagi novel ini ‘sad ending’. Pembawaan cerita Nur Sutan Iskandar dan Abdoel Ager menambah nilai tersendiri bagi novel ini. Secara keseluruhan, penilaian saya terhadap novel ini hampir sempurna, karena saya tidak menemukan keganjalan ataupun kekurangan dari novel ini. Mungkin karena saya bukan kritikus yang handal, tapi pendapat seseorang pastilah berbeda, saya memiliki hak untuk itu.

C.    Penutup
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Adat merupakan suatu tradisi yang sulit untuk dihilangkan karena itu warisan turun temurun yang layaknya harus dilestarikan dan dijaga. Jangan sampai adat itu menjadikan sesuatu yang harus dipaksakan dalam kehidupan sehari – hari. Ambil sisi baik dan buang sisi buruknya karena belum tentu adat tersebut sesuai dengan kehidupan saat ini.
2.      Harta merupakan pemegang kekuasaan dalam segala bidang sehingga dengan harta semua akan dapat bertindak sesuka hatinya tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi.
3.      Kekuasaan orang tua akan berpengaruh pada kehidupan anak – anaknya sehingga membentuk jiwa dan kepribadian anak yang sesuai dengan kemauan orang tua yang mempengaruhi psikologis anak tersebut.

4.      Cinta adalah perasaan sayang, saling membutuhkan dan pengertian. Karenanya cinta itu akan selalu membutakan hati dan perasaan bagi siapa yang dihinggapinya, sebab cinta akan membuat hidup kita antara bahagia dan sengsara. 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Erlin Forstavi - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -