- Back to Home »
- SENANDUNG CINTA KARYA KAHLIL GIBRAN INTERPRETASI SEMIOTIK RIFFATERE
Posted by : Unknown
Selasa, 10 Desember 2013
SENANDUNG
CINTA KARYA KAHLIL GIBRAN
INTERPRETASI SEMIOTIK RIFFATERE
MAKALAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Akhir Semester Genap
Erlin Fortunela Stavanavionita
5.11.06.13.0.006
UNIVERSITAS
ISLAM MAJAPAHIT MOJOKERTO
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013
KATA PENGANTAR
Dengan puji syukur
kehadirat ALLAH SWT
pemberi kemudahan bagi jalan hidup sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang “SENANDUNG CINTA KARYA KAHLIL GIBRAN INTERPRETASI SEMIOTIK
RIFFATERE” dapat terselesaikan tanpa ada hambatan apapun. Dalam pengkajian menggunakan intepretasi semiotik
riffatere sangat tepat untuk menganalisis puisi ini dan kandungan makna yang
terdapat dalam untaian kata – kata yang indah
Dalam
pengerjaan makalah ini, saya mendapat bantuan dari berbagai pihak yang ada.
Untuk itu saya ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu saya dalam terselesaikannya makalah ini.
Saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Prof. DR. Machmoed zain, APU selaku rektor.
2. Dr.
Ludi Wishnu Wardana, MM,selaku dekan.
3. Bapak SamsunM.A
selaku
dosen pengampu .
4.
dan rekan – rekan sekalian. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.
Akhirnya saya hanya mampu berharap dan berdoa semoga segala bantuan yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Sayapun menyadari sebagai
manusia, saya mempunyai banyak kekurangannya, maka tegur
sapa yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati.
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul
|
.........................................................................
|
1
|
Kata
Pengantar
|
.........................................................................
|
2
|
Daftar Isi
|
.........................................................................
|
3
|
BAB I
PENDAHULUAN
|
.........................................................................
|
4
|
1.1 Latar
Belakang
|
.........................................................................
|
4
|
1.2 Rumusan
Masalah
|
.........................................................................
|
6
|
1.3 Tujuan
Penelitian
|
.........................................................................
|
6
|
1.4 Manfaat
Penelitian
|
.........................................................................
|
6
|
1.5 Definisi
Operasional
|
.........................................................................
|
7
|
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
|
.........................................................................
|
8
|
BAB III
PEMBAHASAN
|
.........................................................................
|
10
|
3.1 Puisi
|
.........................................................................
|
10
|
3.2
Pemenggalan Puisi
|
.........................................................................
|
11
|
3.3
Parafrase Puisi
|
.........................................................................
|
12
|
3.4
Pembacaan Heuristik
|
.........................................................................
|
13
|
3.5
Pembacaan Hermeneutik
|
.........................................................................
|
15
|
3.6 Matrik
dan Model
|
.........................................................................
|
17
|
3.7 Varian
|
.........................................................................
|
18
|
BAB IV
PENUTUP
|
.........................................................................
|
20
|
4.1 Simpulan
|
.........................................................................
|
20
|
4.2 Saran
|
.........................................................................
|
20
|
DAFTAR
PUSTAKA
|
.........................................................................
|
21
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perasaan yang ada dalam diri manusia tidak dapat
dipungkiri, karena setiap manusia di
ciptakan dengan akal, pikiran, dan perasaan. Akal digunakan untuk memahami
sesuatu, sedangkan pikiran dapat disebut sebagai gerak pikiran atau rasa hati yang tidak
tetap, sehingga perasaan mampu mengungkapkan sesuatu yang terjadi dalam hati
manusia. Sekalipun manusia yang mempunyai perasaan tak
mampu menggunakannya dengan baik, ada yang menggunakan perasaan dengan baik,
bahkan ada yang mempermainkannya. Akhir-akhir ini manusia tidak dapat
mengutarakan perasaannya dengan baik dikarenakan tidak memiliki keberanian dan
merasa bimbang atas apa yang dirasakan. Bagi seorang pengarang yang peka terhadap
permasalahan- permasalahan tersebut, dengan hasil perenungan, penghayatan, dan
hasil imajinasinya, kemudian menuangkan gagasan/
idenya tersebut dalam karya sastra.
Sebuah karya
sastra diciptakan untuk dapat
dinikmati oleh pembaca. Untuk dapat menikmati suatu karya sastra secara
sungguh-sungguh dan baik diperlukan pengetahuan tentang sastra. Tanpa
pengetahuan yang cukup, penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat
dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat. Sebelumnya,
patutlah semua orang tahu apa yang dimaksud dengan karya sastra. Karya sastra
bukanlah ilmu. Karya sastra adalah seni, banyak unsur kemanusiaan yang masuk di
dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan.
Perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan sebagai unsur karya sastra sulit
dibuat batasannya.
Sebuah
karya sastra
adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang
maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan
sebuah kisah, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang
terkait dengan waktu mereka.Menurut bentuk atau subjek, karya sastra mungkin
memiliki jenis yang berbeda seperti narasi (sebuah karya
prosa, seperti novel atau cerita pendek ), puisi (komposisi
dalam ayat yang mengekspresikan perasaan penulis), drama , epik
(ayat-ayat yang menceritakan perbuatan pahlawan atau dewa-dewa) atau mengajar
(yang berusaha untuk mengarahkan pembaca atau pendengar).
Dikhususkan saat ini adalah puisi yang merupakan
ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan
Tuhan melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan
kata-katanya, dalam bentuk teks yang dinamakan puisi. Masalah kehidupan yang
disuguhkan penyair dalam puisinya tentu saja bukan sekedar refleksi realitas
(penafsiran kehidupan, rasa simpati kepada kemanusiaan, renungan mengenai
penderitaan manusia dan alam sekitar) melainkan juga cenderung mengekspresikan hasil
renungan penyair tentang dunia metafisik, gagasan-gagasan baru ataupun sesuatu
yang belum terbayangkan dan terpikirkan oleh pembaca, sehingga puisi sering
dianggap mengandung suatu misteri. Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan
konsep estetiknya (Riffaterre, 1987: 3).
Sebelum pengkajian aspek-aspek yang
lain, pemakalah menganalisis atau mengkaji puisi yang berjudul “Senandung Cinta
karya kahlil gibran interpretasi semiotik riffatere” karena dalam karya-karyanya, pesona cinta yang disulam sedemikian syahdu oleh tangan
seorang Gibran dan indahnya rangkaian kata-kata yang membuat melayang dimabuk
kepayang, sehingga membuat pemakalah tertarik untuk menganalisisnya agar
dapat diketahui bahwa berjuang demi sesuatu yang dicintai merupakan sikap yang jauh lebih
penting dan lebih mulia ketimbang berjuang melawan sesuatu yang di benci. Puisi
karya Kahlil Gibran sangat menarik untuk dikaji dengan berbagai tema yang telah
disajikan terutama tentang kekuatan cinta yang tak kan pernah ada habisnya.
Cinta merupakan misteri kehidupan, tidak pernah tahu cinta itu datang dan akan
pergi sebelum kita merasakan getarannya. Dalam “Senandung Cinta” ini hanya
sedikit ungkapan yang tertuliskan, namun tak mampu untuk tergambarkan dan
tersampaikan, perjuangan cinta yang begitu mendalam dan kadang membuat resah
gelisah, itulah yang membuat pemakalah ingin mengkaji puisi yang begi indah ini
hasil tulisan Kahlil Gibran.
Puisi “Senandung Cinta” adalah puisi karya
Kahlil Gibran yang mencerminkan tentang betapa bimbangnya perasaan yang tak
dapat diungkapkan. Memendam semua rasa dan tidak pernah mengungkapkannya pada
orang yang terkasih hanya akan membuat gelisah hati, resah dan bimbang yang
tidak pernah bisa diungkapkan dengan kata – kata apapun.
Untuk memenuhi persyaratan ujian akhir
semester genap penelitian terhadap puisi ini dilakukan melalui intepretasi
semiotik riffatere untuk dapat mengetahui kandungan makna serta matrik, model,
dan varian yang terdapat dalam puisi tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Pentingnya melakukan penelitian terhadap puisi karya Kahlil
Gibran tersebut tidak hanya demi mengembangkan sastra, tetapi juga untuk
menjawab sejumlah masalah yang ada.Masalah pokok yang
perlu diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kandungan makna Senandung Cinta berdasarkan
pembacaan
heuristik dan
hermeneutik?
2. Bagaimana matriks, model,dan varian yang
terdapat dalam Senandung Cinta
Karya Kahlil Gibran?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang
dkemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mengungkap
makna yang terkandung pada puisi Kahlil Gibran berdasarkan pembacaan heuristic
dan hermeneutic.
2. Mengungkap
model bahasa yang terdapat dalam puisi Kahlil Gibran.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada pembaca, khususnya pembaca dibidang sastra berupa
pemahaman mengenai kandungan makna puisi Senandung Cinta berdasarkan pembaca
heuristic dan hermeneutic, dan model bahasa yang terdapat dalam puisi tersebut,
dan hubungan intertekstual puisi Senandung Cinta dengan teks lain.
Penelitian ini mempunyai manfaat
teoretis dan praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalahuntuk
memperkaya referensi mengenai pesona cinta yang
direpresentasikan dalam suatu karya sastra, khususnya puisi, akan memberikan
pengertian dan pemahaman mengenai cinta tidak
menyadari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan tiba.
Manfaat praktisnya adalah penelitian
ini dapat digunakan sebagai model untuk
melihat dan menganalisis puisi melalui pendekatan struktural dan semiotik.
Manfaat lain dari hasil penelitian
ini adalah pembaca diharapkan mendapat pemahaman bahwa karya sastra lisan,
khususnya puisi menarik untuk diteliti secara ilmiah dari aspek semiotik.
Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
rujukan atau bahan perbandingan untuk penelitian sejenis yang dilakukan
terhadap karya sastra lain.
1.5
Definisi Operasional
1.5.1 Puisi senandung cinta karya kahlil gibran menceritakan tentang seseorang yang merasakan kegelisahan hati
karena perasaan cinta yang tak dapat terlukiskan dan tak dapat di ungkapkan.
1.5.2 analisis puisi semiotic
riffatere dipakai berdasarkan pertimbangan bahwa semiotic
Riffaterre lebih mengkhususkan pada analisis puisi. Puisi Senandung Cinta salah satu jenis puisi
lama, oleh karena itu pendekatan semiotic
yang lebih tepat digunakan adalah pendekatan semiotic Riffaterre.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sastra adalah
sesuatu yang mengacu pada milik atau berkaitan dengan sastra (himpunan
pengetahuan yang berkaitan dengan menulis dan membaca dengan baik, atau seni
puisi, retorika dan tata bahasa). Sebuah karya sastra adalahciptaan yang
disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika.
Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah , baik dalam atau ketiga orang
pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang
terkait dengan waktu mereka.Menurut bentuk atau subjek, karya sastra mungkin
memiliki jenis yang berbeda seperti narasi (sebuah karya
prosa, seperti novel atau cerita pendek ), puisi (komposisi
dalam ayat yang mengekspresikan perasaan penulis), drama , epik
(ayat-ayat yang menceritakan perbuatan pahlawan atau dewa-dewa) atau mengajar
(yang berusaha untuk mengarahkan pembaca atau pendengar).
Karya
sastra juga dapat berupa tulisan (buku atau media cetak
lain bermain cerita tanpa perubahan) atau lisan (diwariskan dari generasi ke
generasi dan sering berubah dari waktu ke waktu, seperti legenda atau cerita
rakyat). Karya-karya juga dapat taktil, ketika disesuaikan dengan kebutuhan orang-orang
buta melalui Braille.Semiotika
adalah ilmu tentang
tanda-tanda,mempelajari fenomenal sosial-budaya, termasuk sastra sebagai sistem
tanda (preminger 1974:980). Tanda mempunyai dua aspek,yaitu penanda (signifier,signifiant) dan petanda (signified,signifie). Penanda adalah bentuk
formal tanda itu,dalam bahasa berupa satuan bunyi,atau huruf dalam sastra
tulis,sedangkan petanda (signified)
adalah artinya,yaitu apa yang ditandai oleh penandanya itu. Berdasarkan
hubungan antara penanda dan petandanya ada tiga jenis tanda,yaitu
ikon,indeks,dan simbol.
Ikon adalah tanda yang penanda dan
petandanya menunjukkan ada hubungan yang bersifat alamiah, yaitu penanda sama
dengan petandanya, misalnya gambar, potret, atau patung.
Indeks adalah tanda yang penanda dan
petandanya menunjukkan adanya hubungan alamiah yang bersifat kausalitas,
misalnya, asap menandai api, mendung menandai hujan.
Simboladalah
tanda yang penanda dan petandanya tidak menunjukkan adanya hubungan alamiah;
hubungannya arbiter (semau-maunya) berdasarkan konvensi. Hubungan antara
penanda dan petanda bersifat konvensional, yaitu artinya ditentukan oleh
konvensi.
Semiotik
merupakan ilmu tentang tanda. Tanda ini akan digunakan untuk mengidentifikasi
puisi senandung cinta karya kahlil gibran akan didapatkan korelasi yang
komprehensif antara tanda dan makna. Semiotik yang akan digunakan adalah
semiotik Rifaterre karena semiotik ini memiliki langkah-langkah khusus untuk
menganalisis puisi. Bahasa yang merupakan sistem tanda dan sebagai medium karya
sastra adalah sistem tanda tingkat pertama. Dalam ilmu tanda-tanda atau
semiotik, arti bahasa sebagai sistem tanda. tanda tigkat pertama disebut meaning
(arti) , karya sastra juga merupakan sistemtanda yang lebih tinggi kedudukannya
dari bahasa, maka disebut semiotik tingkatkedua. Jadi sastra merupakan arti
dari arti (meaning of meaning). Untukmembedakannya (dari arti bahasa),
arti sastra disebut sebagai makna(significance). Dalam puisi,
ketidaklangsungan ekspresi menduduki posisi yang utama. Ketidaklangsungan
ekspresi yang dimaksud disebabkan oleh adanya penggantian arti (displacing
of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan
penciptaan arti (creating of meaning).Hal kedua adalah pembacaan
heuristik dan pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan pada
taraf mimesis atau pembacaan yang didasarkan konvensi bahasa. Karena bahasa
memiliki arti referensial, pembaca harus memiliki kompetensi linguistik agar
dapat menangkap arti (meaning).
Hal ketiga adalah penentuan matriks dan model. Dalam hal
ini, matriks dapat dimengerti sebagai konsep abstrak yang tidak pernah
teraktualisasi. Konsep ini dapat dirangkum dalam satu
kata atau frase. Aktualisasi
pertama dari matriks adalah model. Model ini dapat berupa kata atau kalimat
tertentu. Berdasarkan hubungan ini, dapat dikatakan bahwa matriks merupakan
motor penggerak derivasi tekstual, sedangkan model menjadi pembatas derivasi
itu.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
PUISI
Senandung
Cinta
Khalil Gibran
Jiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu
Khalil Gibran
Jiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu
Nyanyian
yang tiada pernah tergores tinta
Nada kasih mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan sayang
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Sungguh...betapa segala resah mendesah
Bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian
Untuk siapa nada ini kan menyapa
Di relung jiwa bersemayam segala rasa
Terhempas risau, melayang hilang
Menjelajah hati menjawab tanya
Hadir membayang dalam bayang-bayang
Getar ujung jemari kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran dijiwa.
Bening air mata, berkaca-kaca
Bak air telaga yang memantulkan gemerlap bintang
Sendu merayu ditengah heningnya malam
Bercengkrama bersama titik-titik embun
Membongkar dinginnya kabut rahasia
Hingga kebenaran, datang menjelang
Nada lahir dari ujung renungan
Mengalun bersama kesunyian
Menepis semua kebisingan
Mengalir diantara mimpi dan bayangan
Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada
Rindu memecah sepi, lantang bergemuruh menderu hati
Menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku menemukanmu
Nada kasih mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan sayang
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Sungguh...betapa segala resah mendesah
Bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian
Untuk siapa nada ini kan menyapa
Di relung jiwa bersemayam segala rasa
Terhempas risau, melayang hilang
Menjelajah hati menjawab tanya
Hadir membayang dalam bayang-bayang
Getar ujung jemari kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran dijiwa.
Bening air mata, berkaca-kaca
Bak air telaga yang memantulkan gemerlap bintang
Sendu merayu ditengah heningnya malam
Bercengkrama bersama titik-titik embun
Membongkar dinginnya kabut rahasia
Hingga kebenaran, datang menjelang
Nada lahir dari ujung renungan
Mengalun bersama kesunyian
Menepis semua kebisingan
Mengalir diantara mimpi dan bayangan
Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada
Rindu memecah sepi, lantang bergemuruh menderu hati
Menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku menemukanmu
3.2 Pemenggalan Puisi
Senandung
Cinta
Khalil Gibran
Jiwa yang terkapar/ nada rindu mengusik kalbu//
Khalil Gibran
Jiwa yang terkapar/ nada rindu mengusik kalbu//
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta//
Nada kasih/ mengalir menembus sukma/
Menyentuh batin/ mengalirkan saying//
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta//
Sungguh.../betapa segala resah mendesah//
Bimbang/ mengguncang dalam ketidak-abadian//
Untuk siapa nada ini kan menyapa//
Di relung jiwa/ bersemayam segala rasa//
Terhempas risau,/ melayang hilang/
Menjelajah hati/ menjawab Tanya//
Hadir membayang dalam bayang-bayang//
Getar ujung jemari/ kabarkan kehadirannya//
Nyata terasa getaran dijiwa.//
Bening air mata,/ berkaca-kaca/
Bak air telaga/ yang memantulkan gemerlap bintang//
Sendu merayu ditengah heningnya malam//
Bercengkrama/ bersama titik-titik embun//
Membongkar dinginnya kabut rahasia//
Hingga kebenaran,/ datang menjelang//
Nada lahir dari ujung renungan//
Mengalun bersama kesunyian//
Menepis semua kebisingan//
Mengalir diantara mimpi dan bayangan//
Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada//
Rindu memecah sepi,/ lantang bergemuruh menderu hati//
Menabur mimpi,/ dalam hasrat menggebu di ujung rindu//
Dibalik nada-nada cinta,/ aku menemukanmu//
Nada kasih/ mengalir menembus sukma/
Menyentuh batin/ mengalirkan saying//
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta//
Sungguh.../betapa segala resah mendesah//
Bimbang/ mengguncang dalam ketidak-abadian//
Untuk siapa nada ini kan menyapa//
Di relung jiwa/ bersemayam segala rasa//
Terhempas risau,/ melayang hilang/
Menjelajah hati/ menjawab Tanya//
Hadir membayang dalam bayang-bayang//
Getar ujung jemari/ kabarkan kehadirannya//
Nyata terasa getaran dijiwa.//
Bening air mata,/ berkaca-kaca/
Bak air telaga/ yang memantulkan gemerlap bintang//
Sendu merayu ditengah heningnya malam//
Bercengkrama/ bersama titik-titik embun//
Membongkar dinginnya kabut rahasia//
Hingga kebenaran,/ datang menjelang//
Nada lahir dari ujung renungan//
Mengalun bersama kesunyian//
Menepis semua kebisingan//
Mengalir diantara mimpi dan bayangan//
Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada//
Rindu memecah sepi,/ lantang bergemuruh menderu hati//
Menabur mimpi,/ dalam hasrat menggebu di ujung rindu//
Dibalik nada-nada cinta,/ aku menemukanmu//
3.3 Parafrase Puisi
Senandung
Cinta
Khalil Gibran
Jiwa yang (telah) terkapar (dalam) nada rindu (yang) mengusik kalbu
Khalil Gibran
Jiwa yang (telah) terkapar (dalam) nada rindu (yang) mengusik kalbu
(dalam) Nyanyian yang tiada pernah (bisa) tergores (oleh) tinta
Nada kasih (yang) mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan (kasih) sayang
(dalam) Nyanyian yang tiada pernah (bisa) tergores (oleh) tinta
Sungguh...betapa segala (rasa) resah mendesah
(ketika) Bimbang mengguncang (hati) dalam ketidak-abadian
Untuk siapa (-kah) nada ini kan menyapa
Di relung jiwa (telah) bersemayam segala rasa (gelisah)
Terhempas risau, melayang hilang (kata-kata)
Menjelajah hati (mencoba ) menjawab (sebuah) tanya
(hingga) Hadir membayang dalam bayang-bayang (-mu)
(terasa) Getar ujung jemari (ketika) kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran (hati) dijiwa (ini)
Bening air mata, (terlihat) berkaca-kaca
Bak air telaga yang (telah) memantulkan gemerlap (cahaya) bintang
Sendu merayu ditengah heningnya malam (sunyi)
Bercengkrama bersama (dengan) titik-titik embun
Membongkar (rasa) dinginnya kabut (dalam) rahasia
Hingga kebenaran, (akan) datang menjelang
Nada (telah) lahir dari ujung renungan (hati)
Mengalun (indah) bersama kesunyian
Menepis semua (yang menyebabkan) kebisingan
(sehingga) Mengalir diantara mimpi dan bayangan
(senandung cinta) Adalah cinta (yang) terbawa (ke dunia) nyata diantara alunan nada
Rindu (mampu) memecah sepi, (hingga) lantang (terdengar) bergemuruh menderu (dalam) hati
Menabur mimpi, dalam hasrat (yang) menggebu di ujung (rasa) rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku (berusaha) menemukanmu
Nada kasih (yang) mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan (kasih) sayang
(dalam) Nyanyian yang tiada pernah (bisa) tergores (oleh) tinta
Sungguh...betapa segala (rasa) resah mendesah
(ketika) Bimbang mengguncang (hati) dalam ketidak-abadian
Untuk siapa (-kah) nada ini kan menyapa
Di relung jiwa (telah) bersemayam segala rasa (gelisah)
Terhempas risau, melayang hilang (kata-kata)
Menjelajah hati (mencoba ) menjawab (sebuah) tanya
(hingga) Hadir membayang dalam bayang-bayang (-mu)
(terasa) Getar ujung jemari (ketika) kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran (hati) dijiwa (ini)
Bening air mata, (terlihat) berkaca-kaca
Bak air telaga yang (telah) memantulkan gemerlap (cahaya) bintang
Sendu merayu ditengah heningnya malam (sunyi)
Bercengkrama bersama (dengan) titik-titik embun
Membongkar (rasa) dinginnya kabut (dalam) rahasia
Hingga kebenaran, (akan) datang menjelang
Nada (telah) lahir dari ujung renungan (hati)
Mengalun (indah) bersama kesunyian
Menepis semua (yang menyebabkan) kebisingan
(sehingga) Mengalir diantara mimpi dan bayangan
(senandung cinta) Adalah cinta (yang) terbawa (ke dunia) nyata diantara alunan nada
Rindu (mampu) memecah sepi, (hingga) lantang (terdengar) bergemuruh menderu (dalam) hati
Menabur mimpi, dalam hasrat (yang) menggebu di ujung (rasa) rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku (berusaha) menemukanmu
3.4 Pembacaan Heuristik
Senandung Cinta
Khalil Gibran
Jiwa (yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup) yang (telah) terkapar (dalam) nada rindu (yang) mengusik kalbu (pangkal perasaan batin)
Khalil Gibran
Jiwa (yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup) yang (telah) terkapar (dalam) nada rindu (yang) mengusik kalbu (pangkal perasaan batin)
(dalam) Nyanyian (ungkapan hati berupa sebuah lagu) yang tiada pernah
(bisa) tergores (oleh) tinta
Nada kasih (yang) mengalir menembus sukma
Menyentuh batin (perasaan hati) mengalirkan (kasih) sayang
(dalam) Nyanyian yang tiada pernah (bisa) tergores (oleh) tinta
Sungguh...betapa segala (rasa) resah mendesah
(ketika) Bimbang mengguncang (hati) dalam ketidak-abadian
Untuk siapa (-kah) nada ini kan menyapa (orang yang belum diketahui)
Di relung jiwa (telah) bersemayam segala rasa (gelisah)
Terhempas risau, melayang hilang (semua rasa)
Menjelajah hati (mencoba) menjawab (sebuah) tanya
(hingga) Hadir membayang dalam bayang-bayang (-mu)
(terasa) Getar ujung jemari (ketika) kabarkan kehadirannya ( orang yang disayang )
Nyata terasa getaran (hati) dijiwa (ini)
Bening air mata, (terlihat) berkaca-kaca
Bak air telaga yang (telah) memantulkan gemerlap (cahaya) bintang
Sendu merayu ditengah heningnya malam (sunyi)
Bercengkrama bersama (dengan) titik-titik embun
Membongkar (rasa) dinginnya kabut (dalam) rahasia (suatu perasaan yang dipendam)
Hingga kebenaran, (akan) datang menjelang
Nada (telah) lahir dari ujung renungan (hati)
Mengalun (indah) bersama kesunyian
Menepis semua (yang menyebabkan) kebisingan
(sehingga) Mengalir diantara mimpi dan bayangan
(senandung cinta) Adalah cinta (yang) terbawa (ke dunia) nyata diantara alunan nada
Rindu (mampu) memecah sepi, (hingga) lantang (terdengar) bergemuruh menderu (dalam) hati
Menabur mimpi, dalam hasrat (yang) menggebu di ujung (rasa) rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku (berusaha) menemukanmu
Nada kasih (yang) mengalir menembus sukma
Menyentuh batin (perasaan hati) mengalirkan (kasih) sayang
(dalam) Nyanyian yang tiada pernah (bisa) tergores (oleh) tinta
Sungguh...betapa segala (rasa) resah mendesah
(ketika) Bimbang mengguncang (hati) dalam ketidak-abadian
Untuk siapa (-kah) nada ini kan menyapa (orang yang belum diketahui)
Di relung jiwa (telah) bersemayam segala rasa (gelisah)
Terhempas risau, melayang hilang (semua rasa)
Menjelajah hati (mencoba) menjawab (sebuah) tanya
(hingga) Hadir membayang dalam bayang-bayang (-mu)
(terasa) Getar ujung jemari (ketika) kabarkan kehadirannya ( orang yang disayang )
Nyata terasa getaran (hati) dijiwa (ini)
Bening air mata, (terlihat) berkaca-kaca
Bak air telaga yang (telah) memantulkan gemerlap (cahaya) bintang
Sendu merayu ditengah heningnya malam (sunyi)
Bercengkrama bersama (dengan) titik-titik embun
Membongkar (rasa) dinginnya kabut (dalam) rahasia (suatu perasaan yang dipendam)
Hingga kebenaran, (akan) datang menjelang
Nada (telah) lahir dari ujung renungan (hati)
Mengalun (indah) bersama kesunyian
Menepis semua (yang menyebabkan) kebisingan
(sehingga) Mengalir diantara mimpi dan bayangan
(senandung cinta) Adalah cinta (yang) terbawa (ke dunia) nyata diantara alunan nada
Rindu (mampu) memecah sepi, (hingga) lantang (terdengar) bergemuruh menderu (dalam) hati
Menabur mimpi, dalam hasrat (yang) menggebu di ujung (rasa) rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku (berusaha) menemukanmu
3.5 Pembacaan Hermeneutik
Bait I
nada kasih mengalir menembus sukma :
nyanyian itu hanya ada dalam hatinya
menyentuh batin mengalirkan sayang :
hingga menyentuh batin dan selalu ada didalamnya kerinduan itu.
Bait I
Penyair ingin mengungkapkan bahwa
perasaannya yang ingin disampaikan tidak dapat di wujudkan dalam suatu tulisan
melainkan hanya mampu memendamnya di hati.
Bait II
untuk siapa nada ini kan
menyapa : tidak mengetahui untuk siapa nyanyian yang tidak
terlukiskan itu untuk siapa.
Bait II
Penyair
menjelaskan kembali bahwa perasaannya tidak dapat diungkapkan melalui sebuah
nyanyian yang dikarenakan bahwa perasaannya bimbang atas apa yang dirasakan.
Bait III
hadir membayang dalam bayang-bayang:
munculah seseorang dalam hatinya
Bait III
Rasa bimbang yang dirasakan penyair
mulai hilang dikarenakan ia telah menemukan sang pujaan hatinya.
Bait IV
bak air telaga memantulkan gemerlap bintang :
dengan air mata itu iya merasa lebih melihat jelas siapa yang ada dalam hatinya
itu.
Bait IV
Penyair telah menyadari siapa orang yang
membuat hatinya berdebar hingga akhirnya ia mampu menitihkan air mata bahagia.
Bait V
hingga kebenaran datang menjelang :
ia hanya menunggu waktu hingga rahasianya itu akan terungkap suatu saat.
Bait V
Penyair merasa orang yang dicintainya
telah hilang karena saat itu ia tak mampu mengungkapkan perasaannya dan ia
hanya bisa menunggu waktu untuk mengungkapkan perasaan yang ada dalam hatinya.
Bait VI
mengalir diantara mimpi dan bayangan:
nyanyian itu akan datang dalam mimpi dan menggambarkan sesuatu.
Bait VI
Penyair hanya bisa merenungi perasaannya
yang disampaikan lewat sebuah senandung cinta dalam kesunyian dan berharap
sebuah mimpi akan mengantarkan pada sesuatu yang di cintainya.
Bait VII
dibalik nada-nada cinta aku menemukanmu :
dimulai dari nada yang tak terlukiskan itulah ia mulai mencari siapa yang ia
cintai dan menemukannya
Bait VII
Penyair
menyampaikan bahwa dari nada yang dituliskannya ia mulai menemukan harapan yang
baru dan menemukan apa yang selama ini dicarinya.
3.6 Matrik dan Model
Jiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu ↔ mengungkapkan bahwa penyair
merindukan
seseorang dan ingin disampaikan lewat sebuah lagu
|
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta ↔ namun sebuah nyanyian itu tidak dapat
dituliskan
|
Nada kasih mengalir menembus
sukma ↔ nada / nyanyian itu hanya ada
dalam hatinya
|
Menyentuh batin
mengalirkan sayang ↔ hingga mampu
menyentuh perasaan sang penyair
|
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta ↔ penyair
ingin menjelaskan kembali bahwa nyanyian itu tidak dapat dituliskan
|
Sungguh...betapa segala
resah mendesah ↔ merasakan kegelisahan atas apa yang dirasakannya
|
Bimbang mengguncang dalam
ketidak-abadian ↔ kebimbangan atas perasaannya tidak akan abadi
|
Untuk siapa nada ini kan
menyapa ↔ penyair tidak mengetahui untuk siapa nyanyian yang tidak dapat
dilukiskannya itu
|
Di relung jiwa bersemayam
segala rasa ↔ dalam hatinya merasakan kebimbangan dan keresahan
|
Terhempas risau, melayang
hilang ↔ penyair merasakan kegelisahannya itupun menghilang
|
Menjelajah hati menjawab
tanya ↔ disini penyair sudah mulai mengetahui jawaban atas apa yang dirasakan
oleh hatinya
|
Hadir membayang dalam
bayang-bayang ↔ sosok yang ditunggu telah hadir dalam hatinya
|
Getar ujung jemari
kabarkan kehadirannya ↔ penyairpun merasakan kehadiran orang yang telah
menggetarkan hatinya
|
Nyata terasa getaran
dijiwa ↔ hatinya mulai berdebar
|
Bening air mata,
berkaca-kaca ↔ penyair mulai menitikan air mata karena kebahagiaannya telah
mengetahui siapa yang disintainya
|
Bak air telaga yang
memantulkan gemerlap bintang ↔ semakin jelas siapa yang dicintainya
|
Sendu merayu ditengah
heningnya malam ↔ penyair merasa sedih
|
Bercengkrama bersama
titik-titik embun ↔ kesedihannya semakin terasa
|
Membongkar dinginnya kabut
rahasia ↔ penyair mempunyai rahasia yang ingin diungkapkannya
|
Hingga kebenaran,
datang menjelang ↔ namun hanya menunggu waktu yang akan menjelaskan
semuanya
|
Nada lahir dari ujung
renungan ↔ nada cinta itu lahir dari renungan yang dirasakan penyair
|
Mengalun bersama kesunyian
↔ nada itu ada ketika hati sedang merasa sunyi sepi
|
Menepis semua kebisingan ↔
nada itu akan datang untuk menyejukkan hati
|
Mengalir diantara mimpi dan bayangan ↔ hingga terbawa mimpi hingga
menggambarkan sesuatu
|
Adalah cinta terbawa nyata
diantara alunan nada ↔ nyanyian ini merupakan ungkapan perasaan hati penyair
|
Rindu memecah sepi,
lantang bergemuruh menderu hati ↔ kerinduan yang dirasakan menemani sang
penyair disaat sepi
|
Menabur mimpi, dalam
hasrat menggebu di ujung rindu ↔ dengan nyanyian itu penyair mulai menemukan
hasrat yang baru
|
Dibalik nada-nada cinta,
aku menemukanmu ↔ dari nada yang tidak dapat dituliskan oleh penyair, ia
berusaha mencari dan menemukan orang yang dicintainya
|
3.7 Varian
Varian
dalam puisi ini tergambar keinginan penulis untuk berusaha mencari sesuatu yang
membuatnya bahagia, dalam hal ini adalah orang yang dicintainya. Dalam larik
puisi ini bimbang mengguncang dalam
ketidak-abadian untuk siapa
nada ini kan menyapa penulis merasakan kebimbangan
yang begitu mendalam hingga merasa resah. Tak tahu untuk siapa perasaan yang
dirasakannya sekarang, kebimbangannya selalu menyelimuti dan tak pernah tahu
sampai kapan terjadi. Hingga akhirnya ia menorehkan kembali kata – kata menabur
mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu dibalik
nada-nada cinta, aku menemukanmu dan berarti
ia hanya mampu memendam apa yang dirasakan ketika mengetahui bahwa ia telah
menemukan seseorang yang ternyata selama ini dinantikannya, tak berani dalam
mengungkapkan apa yang dirasakanya hanya itulah yang dilakukan.
Sebenarnya ketika merasakan dan menemukan apa yang telah membuat jatuh
cinta, merasa tedu dan nyaman bersamanya sebaiknya utarakan saja isi hati yang
apa adanya, karena cinta merupakan anugerah terindah dan tak akan bisa ditebak
kedalamannya. Menyembunyikan apa yang dirasakan dalam hati hanya akan
menyakitkan diri sendiri, karena cinta merupakan misteri yang sulit dimengerti
dan dipahami. Jadi ungkapkanlah apa yang dirasakan oleh hati, sebelum semua
terlambat dan menyesal dikemudian hari.
.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Puisi
Senandung Cinta karya Kahlil Gibran ini mencoba menorehkan suatu perasaan yang
tak mampu tersampaikan dengan baik. Pemilihan kata yang begitu indah dalam tiap
bait puisi membuat puisi ini sayang untuk diabaikan. Puisi ini dianalisis
melalui intepretasi semiotik riffatere. Pemaknaan puisi ini menggunakan teknik
pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil analisis puisi ini kemudian disusun
dalam bentuk sebuah makalah untuk memenuhi persyaratan ujian akhir semester
genap.
4.2
Saran
Memiliki
sebuah rasa yang menggetarkan hati janganlah hanya dipendam sseorang diri,
hendaknya diungkapkan ketika sudah mengetahui untuk siapa rasa itu tertuju.
Terpendamnya perasaan yang ada hanya akan menyiksa diri sendiri, membuat hati
dan hidup menjadi bimbang dan resah. Ungkapkan saja apa yang sebenarnya telah
terasa dalam hati, sehingga mampu mengetahui bahwa sebenarnya apa yang terjadi
itu tidak pernah salah.
DAFTAR PUSTAKA
Riffaterre, Michael.
1978. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press.
Aminuddin.1995.
Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar BaruAlgesindo.
Barthes,
Roland. 1981. Elements of Semiology. New York : Hill and Wang
Barthes,
Roland. 1975. The Pleasure of the Text. New York: Hill and Wang
Berger, Arthur Asa. 2005. Tanda-Tanda dalam Kebudayaan
Kontemporer,Sebuah Pengantar Semiotika (Terjemahan dari: Signs in
Contemporary Culture, An Introduction to Semiotics), Jogja: Tiara
Wacana.
Blackwell,
Basil. 1986. Feminist Literary Theory: A Reader. Oxford: Basil Blackwell
Inc.
Buchbinder,
David. 1991. Contemporary Literary Theory and the reading of
Poetry.
Australia: The
Company of Australia PTY. Ltd.
Chandler,
Daniel. 2007. Semiotics: The Basic. New York: Rouledge.
Cole,
Camille & Andrew Smithberger. 1931. On Poetry. New York: Doubleday,
Doran
& Company, Inc.
Davis,
Robert Con. 1986. Contemporary Literary Criticism: Modernism Through
Poststructuralism. London: Longman Inc.
De
Beauvoir, Simon. 2003. The Second Sex. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Eco,
Umberto. 1979. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University
Press
Fokkema,
DW. 1977. Theories of Literature in the Twentieth Century. London: C.
Hurst
& Company
Goldmann,
Lucien. 1981. Method in the Sociology of Literature. Oxford: Basil
Blackwell
Inc
Hawkes,
Terence. 1978. New Accents Structuralism and Semiotics. London:
Methuen&Co
Ltd.
Holman,
Hugh. 1981. A Handbook to Literature. Indianapolis: Bobbs-Merrill
Educational
Publishing
Jabrohim(ed).
2001. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha ,
Widia.
Jacobson,
Roman. 1960. Lingusitics and Poetics. Cambridge: M.I.T. Press
Jauss,
Hans Robert. 1982. Toward an Aesthetic of Reception. Minneapolis:
University
of Minnesota Press
Jacobson,
Roman. 1960. Linguistics and Poetics. Cambridge: M.I.T. Press
Junus,
Umar. 1985. Resepsi Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia
Perrine,
Laurence. 1969. Sound and Sense: An Introduction to Poetry. America:
Hartcourt,
Brace & World, Inc.
Pradopo,
Rachmat Djoko. 1991. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University
Press
____________________.
1987. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Gadjah
Mada University Press
Prihatmi,
Th. Sri Rahayu. 2004. Buku Pedoman Penulisan dan Konsultasi Tesis.
Semarang:
Proram Magister Ilmu Susastra Undip
Ratna,
Nyoman Kuta. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra .
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Scholes,
Robert. 1978. Structuralism in Literature. New Heaven and London:
Yale
University
Selden,
Raman. 1986. A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory.
Sussex:
The Harvester Press.
The
Norton Anthology of American Literature. Third Edition volume 2. 1989.
New
York: W.W. Norton&Company, Inc.
Waluyo,
Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
Wardoyo,
Subur. 2005. Semiotika dan Struktur Narasi. Kajian Sastra. Vol
29.
Semarang
Worton
and Still. 1991. Intertextuality: Theories and practice. Manchester:
Manchester University
Press