Popular Post

Posted by : Unknown Selasa, 10 Desember 2013

SENANDUNG CINTA KARYA KAHLIL GIBRAN
INTERPRETASI SEMIOTIK RIFFATERE
MAKALAH
Untuk Memenuhi Persyaratan
Ujian Akhir Semester Genap
 








Erlin Fortunela Stavanavionita
5.11.06.13.0.006

UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT MOJOKERTO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
                                        PRODI BAHASA  DAN SASTRA INDONESIA                                          2013       

KATA PENGANTAR

Dengan puji syukur kehadirat ALLAH SWT pemberi kemudahan bagi jalan hidup sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “SENANDUNG CINTA KARYA KAHLIL GIBRAN INTERPRETASI SEMIOTIK RIFFATERE” dapat terselesaikan tanpa ada hambatan apapun. Dalam pengkajian menggunakan intepretasi semiotik riffatere sangat tepat untuk menganalisis puisi ini dan kandungan makna yang terdapat dalam untaian kata – kata yang indah
Dalam pengerjaan makalah ini, saya mendapat bantuan dari berbagai pihak yang ada. Untuk itu saya ingin mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu saya dalam terselesaikannya makalah ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada :
1.       Prof. DR. Machmoed zain, APU selaku rektor.
2.      Dr. Ludi Wishnu Wardana, MM,selaku dekan.
3.       Bapak SamsunM.A selaku dosen pengampu .
4.       dan rekan – rekan sekalian. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Akhirnya saya hanya mampu berharap dan berdoa semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Sayapun menyadari sebagai manusia, saya mempunyai banyak kekurangannya, maka tegur sapa yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati.

           
                                                                                                            Penulis









DAFTAR ISI
Halaman Judul
.........................................................................
1
Kata Pengantar
.........................................................................
2
Daftar Isi
.........................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
.........................................................................
4
1.1 Latar Belakang
.........................................................................
4
1.2 Rumusan Masalah
.........................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian
.........................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian
.........................................................................
6
1.5 Definisi Operasional
.........................................................................
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
.........................................................................
8
BAB III PEMBAHASAN
.........................................................................
10
3.1 Puisi
.........................................................................
10
3.2 Pemenggalan Puisi
.........................................................................
11
3.3 Parafrase Puisi
.........................................................................
12
3.4 Pembacaan Heuristik
.........................................................................
13
3.5 Pembacaan Hermeneutik
.........................................................................
15
3.6 Matrik dan Model
.........................................................................
17
3.7 Varian
.........................................................................
18
BAB IV PENUTUP
.........................................................................
20
4.1 Simpulan
.........................................................................
20
4.2 Saran
.........................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA
.........................................................................
21








BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Perasaan yang ada dalam diri manusia tidak dapat dipungkiri,  karena setiap manusia di ciptakan dengan akal, pikiran, dan perasaan. Akal digunakan untuk memahami sesuatu, sedangkan pikiran dapat disebut sebagai  gerak pikiran atau rasa hati yang tidak tetap, sehingga perasaan mampu mengungkapkan sesuatu yang terjadi dalam hati manusia. Sekalipun manusia yang mempunyai perasaan tak mampu menggunakannya dengan baik, ada yang menggunakan perasaan dengan baik, bahkan ada yang mempermainkannya. Akhir-akhir ini manusia tidak dapat mengutarakan perasaannya dengan baik dikarenakan tidak memiliki keberanian dan merasa bimbang atas apa yang dirasakan. Bagi seorang pengarang yang peka terhadap permasalahan- permasalahan tersebut, dengan hasil perenungan, penghayatan, dan hasil imajinasinya, kemudian menuangkan gagasan/ idenya tersebut dalam karya sastra.
Sebuah karya sastra diciptakan untuk dapat dinikmati oleh pembaca. Untuk dapat menikmati suatu karya sastra secara sungguh-sungguh dan baik diperlukan pengetahuan tentang sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup, penikmatan akan sebuah karya sastra hanya bersifat dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat. Sebelumnya, patutlah semua orang tahu apa yang dimaksud dengan karya sastra. Karya sastra bukanlah ilmu. Karya sastra adalah seni,  banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan sebagai unsur karya sastra sulit dibuat batasannya.
Sebuah karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.Menurut bentuk atau subjek, karya sastra mungkin memiliki jenis yang berbeda seperti narasi (sebuah karya prosa, seperti novel atau cerita pendek ), puisi (komposisi dalam ayat yang mengekspresikan perasaan penulis), drama , epik (ayat-ayat yang menceritakan perbuatan pahlawan atau dewa-dewa) atau mengajar (yang berusaha untuk mengarahkan pembaca atau pendengar).
Dikhususkan saat ini adalah puisi yang merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya, dalam bentuk teks yang dinamakan puisi. Masalah kehidupan yang disuguhkan penyair dalam puisinya tentu saja bukan sekedar refleksi realitas (penafsiran kehidupan, rasa simpati kepada kemanusiaan, renungan mengenai penderitaan manusia dan alam sekitar) melainkan juga cenderung mengekspresikan hasil renungan penyair tentang dunia metafisik, gagasan-gagasan baru ataupun sesuatu yang belum terbayangkan dan terpikirkan oleh pembaca, sehingga puisi sering dianggap mengandung suatu misteri. Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya (Riffaterre, 1987: 3).
Sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, pemakalah menganalisis atau mengkaji puisi yang berjudul “Senandung Cinta karya kahlil gibran interpretasi semiotik riffatere” karena dalam karya-karyanya, pesona cinta yang disulam sedemikian syahdu oleh tangan seorang Gibran dan indahnya rangkaian kata-kata yang membuat melayang dimabuk kepayang, sehingga membuat pemakalah tertarik untuk menganalisisnya agar dapat diketahui bahwa berjuang demi sesuatu yang dicintai merupakan sikap yang jauh lebih penting dan lebih mulia ketimbang berjuang melawan sesuatu yang di benci. Puisi karya Kahlil Gibran sangat menarik untuk dikaji dengan berbagai tema yang telah disajikan terutama tentang kekuatan cinta yang tak kan pernah ada habisnya. Cinta merupakan misteri kehidupan, tidak pernah tahu cinta itu datang dan akan pergi sebelum kita merasakan getarannya. Dalam “Senandung Cinta” ini hanya sedikit ungkapan yang tertuliskan, namun tak mampu untuk tergambarkan dan tersampaikan, perjuangan cinta yang begitu mendalam dan kadang membuat resah gelisah, itulah yang membuat pemakalah ingin mengkaji puisi yang begi indah ini hasil tulisan Kahlil Gibran.
Puisi “Senandung Cinta” adalah puisi karya Kahlil Gibran yang mencerminkan tentang betapa bimbangnya perasaan yang tak dapat diungkapkan. Memendam semua rasa dan tidak pernah mengungkapkannya pada orang yang terkasih hanya akan membuat gelisah hati, resah dan bimbang yang tidak pernah bisa diungkapkan dengan kata – kata apapun.
Untuk memenuhi persyaratan ujian akhir semester genap penelitian terhadap puisi ini dilakukan melalui intepretasi semiotik riffatere untuk dapat mengetahui kandungan makna serta matrik, model, dan varian yang terdapat dalam puisi tersebut.
1.2    Rumusan Masalah
Pentingnya melakukan penelitian terhadap puisi karya Kahlil Gibran tersebut tidak hanya demi mengembangkan sastra, tetapi juga untuk menjawab sejumlah masalah yang ada.Masalah pokok yang perlu diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.  Bagaimana kandungan makna Senandung Cinta berdasarkan pembacaan
heuristik dan hermeneutik?
2.  Bagaimana matriks, model,dan varian yang terdapat dalam Senandung Cinta Karya Kahlil Gibran?
1.3    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dkemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    mengungkap makna yang terkandung pada puisi Kahlil Gibran berdasarkan pembacaan heuristic dan hermeneutic.
2.    Mengungkap model bahasa yang terdapat dalam puisi Kahlil Gibran.
1.4    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca, khususnya pembaca dibidang sastra berupa pemahaman mengenai kandungan makna puisi Senandung Cinta berdasarkan pembaca heuristic dan hermeneutic, dan model bahasa yang terdapat dalam puisi tersebut, dan hubungan intertekstual puisi Senandung Cinta dengan teks lain.
Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalahuntuk memperkaya referensi mengenai pesona cinta yang direpresentasikan dalam suatu karya sastra, khususnya puisi, akan memberikan pengertian dan pemahaman mengenai cinta tidak menyadari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan tiba.
Manfaat praktisnya adalah penelitian ini dapat digunakan sebagai model  untuk melihat dan menganalisis puisi melalui pendekatan struktural dan semiotik.
Manfaat lain dari hasil penelitian ini adalah pembaca diharapkan mendapat pemahaman bahwa karya sastra lisan, khususnya puisi menarik untuk diteliti secara ilmiah dari aspek semiotik. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan atau bahan perbandingan untuk penelitian sejenis yang dilakukan terhadap karya sastra lain.

1.5    Definisi Operasional
1.5.1 Puisi senandung cinta karya kahlil gibran menceritakan tentang seseorang yang merasakan kegelisahan hati karena perasaan cinta yang tak dapat terlukiskan dan tak dapat di ungkapkan.
1.5.2 analisis puisi semiotic riffatere dipakai berdasarkan pertimbangan bahwa semiotic Riffaterre lebih mengkhususkan pada analisis puisi. Puisi Senandung Cinta salah satu jenis puisi lama, oleh karena itu pendekatan semiotic yang lebih tepat digunakan adalah pendekatan semiotic Riffaterre.























BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Sastra adalah sesuatu yang mengacu pada milik atau berkaitan dengan sastra (himpunan pengetahuan yang berkaitan dengan menulis dan membaca dengan baik, atau seni puisi, retorika dan tata bahasa). Sebuah karya sastra adalahciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah , baik dalam atau ketiga orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka.Menurut bentuk atau subjek, karya sastra mungkin memiliki jenis yang berbeda seperti narasi (sebuah karya prosa, seperti novel atau cerita pendek ), puisi (komposisi dalam ayat yang mengekspresikan perasaan penulis), drama , epik (ayat-ayat yang menceritakan perbuatan pahlawan atau dewa-dewa) atau mengajar (yang berusaha untuk mengarahkan pembaca atau pendengar).
Karya sastra juga dapat berupa tulisan (buku atau media cetak lain bermain cerita tanpa perubahan) atau lisan (diwariskan dari generasi ke generasi dan sering berubah dari waktu ke waktu, seperti legenda atau cerita rakyat). Karya-karya juga dapat taktil, ketika disesuaikan dengan kebutuhan orang-orang buta melalui Braille.Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda,mempelajari fenomenal sosial-budaya, termasuk sastra sebagai sistem tanda (preminger 1974:980). Tanda mempunyai dua aspek,yaitu penanda (signifier,signifiant) dan petanda (signified,signifie). Penanda adalah bentuk formal tanda itu,dalam bahasa berupa satuan bunyi,atau huruf dalam sastra tulis,sedangkan petanda (signified) adalah artinya,yaitu apa yang ditandai oleh penandanya itu. Berdasarkan hubungan antara penanda dan petandanya ada tiga jenis tanda,yaitu ikon,indeks,dan simbol.
Ikon adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan ada hubungan yang bersifat alamiah, yaitu penanda sama dengan petandanya, misalnya gambar, potret, atau patung.
Indeks adalah tanda yang penanda dan petandanya menunjukkan adanya hubungan alamiah yang bersifat kausalitas, misalnya, asap menandai api, mendung menandai hujan.
Simboladalah tanda yang penanda dan petandanya tidak menunjukkan adanya hubungan alamiah; hubungannya arbiter (semau-maunya) berdasarkan konvensi. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat konvensional, yaitu artinya ditentukan oleh konvensi.
Semiotik merupakan ilmu tentang tanda. Tanda ini akan digunakan untuk mengidentifikasi puisi senandung cinta karya kahlil gibran akan didapatkan korelasi yang komprehensif antara tanda dan makna. Semiotik yang akan digunakan adalah semiotik Rifaterre karena semiotik ini memiliki langkah-langkah khusus untuk menganalisis puisi. Bahasa yang merupakan sistem tanda dan sebagai medium karya sastra adalah sistem tanda tingkat pertama. Dalam ilmu tanda-tanda atau semiotik, arti bahasa sebagai sistem tanda. tanda tigkat pertama disebut meaning (arti) , karya sastra juga merupakan sistemtanda yang lebih tinggi kedudukannya dari bahasa, maka disebut semiotik tingkatkedua. Jadi sastra merupakan arti dari arti (meaning of meaning). Untukmembedakannya (dari arti bahasa), arti sastra disebut sebagai makna(significance). Dalam puisi, ketidaklangsungan ekspresi menduduki posisi yang utama. Ketidaklangsungan ekspresi yang dimaksud disebabkan oleh adanya penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning).Hal kedua adalah pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan pada taraf mimesis atau pembacaan yang didasarkan konvensi bahasa. Karena bahasa memiliki arti referensial, pembaca harus memiliki kompetensi linguistik agar dapat menangkap arti (meaning).
Hal ketiga adalah penentuan matriks dan model. Dalam hal ini, matriks dapat dimengerti sebagai konsep abstrak yang tidak pernah teraktualisasi. Konsep ini dapat dirangkum dalam satu kata atau frase. Aktualisasi pertama dari matriks adalah model. Model ini dapat berupa kata atau kalimat tertentu. Berdasarkan hubungan ini, dapat dikatakan bahwa matriks merupakan motor penggerak derivasi tekstual, sedangkan model menjadi pembatas derivasi itu.









BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PUISI
Senandung Cinta
Khalil Gibran

Jiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Nada kasih mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan sayang

Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Sungguh...betapa segala resah mendesah
Bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian
Untuk siapa nada ini kan menyapa

Di relung jiwa bersemayam segala rasa
Terhempas risau, melayang hilang
Menjelajah hati menjawab tanya
Hadir membayang dalam bayang-bayang
Getar ujung jemari kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran dijiwa.
Bening air mata, berkaca-kaca
Bak air telaga yang memantulkan gemerlap bintang

Sendu merayu ditengah heningnya malam
Bercengkrama bersama titik-titik embun
Membongkar dinginnya kabut rahasia
Hingga kebenaran, datang  menjelang

Nada lahir dari ujung renungan
Mengalun bersama kesunyian
Menepis semua kebisingan
Mengalir diantara mimpi dan bayangan

Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada
Rindu memecah sepi, lantang bergemuruh menderu hati
Menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku menemukanmu
3.2 Pemenggalan Puisi
Senandung Cinta
Khalil Gibran

Jiwa yang terkapar
/ nada rindu mengusik kalbu//
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta//
Nada kasih/ mengalir menembus sukma/
Menyentuh batin/ mengalirkan saying//

Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta//
Sungguh.../betapa segala resah mendesah//
Bimbang/ mengguncang dalam ketidak-abadian//
Untuk siapa nada ini kan menyapa//

Di relung jiwa/ bersemayam segala rasa//
Terhempas risau,/ melayang hilang/
Menjelajah hati/ menjawab Tanya//
Hadir membayang dalam bayang-bayang//
Getar ujung jemari/ kabarkan kehadirannya//
Nyata terasa getaran dijiwa.//
Bening air mata,/ berkaca-kaca/
Bak air telaga
/ yang memantulkan gemerlap bintang//

Sendu merayu ditengah heningnya malam
//
Bercengkrama
/ bersama titik-titik embun//
Membongkar dinginnya kabut rahasia
//
Hingga kebenaran,
/ datang  menjelang//

Nada lahir dari ujung renungan
//
Mengalun bersama kesunyian
//
Menepis semua kebisingan
//
Mengalir diantara mimpi dan bayangan
//

Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada
//
Rindu memecah sepi,
/ lantang bergemuruh menderu hati//
Menabur mimpi,
/ dalam hasrat menggebu di ujung rindu//
Dibalik nada-nada cinta,
/ aku menemukanmu//

3.3 Parafrase Puisi
Senandung Cinta
Khalil Gibran

Jiwa yang
(telah) terkapar (dalam) nada rindu (yang) mengusik kalbu
(dalam) Nyanyian yang tiada pernah (bisa) tergores (oleh) tinta
Nada kasih
(yang) mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan
(kasih) sayang

(dalam) Nyanyian yang tiada pernah (bisa) tergores (oleh) tinta
Sungguh...betapa segala
(rasa) resah mendesah
(ketika) Bimbang mengguncang (hati) dalam ketidak-abadian
Untuk siapa
(-kah) nada ini kan menyapa

Di relung jiwa
(telah) bersemayam segala rasa (gelisah)
Terhempas risau, melayang hilang
(kata-kata)
Menjelajah hati
(mencoba ) menjawab (sebuah) tanya
(hingga) Hadir membayang dalam bayang-bayang (-mu)
(terasa) Getar ujung jemari (ketika) kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran
(hati) dijiwa (ini)
Bening air mata,
(terlihat) berkaca-kaca
Bak air telaga yang
(telah) memantulkan gemerlap (cahaya) bintang

Sendu merayu ditengah heningnya malam
(sunyi)
Bercengkrama bersama
(dengan) titik-titik embun
Membongkar
(rasa) dinginnya kabut (dalam) rahasia
Hingga kebenaran,
(akan) datang  menjelang

Nada
(telah) lahir dari ujung renungan (hati)
Mengalun
(indah) bersama kesunyian
Menepis semua
(yang menyebabkan) kebisingan
(sehingga) Mengalir diantara mimpi dan bayangan

(senandung cinta) Adalah cinta (yang) terbawa (ke dunia) nyata diantara alunan nada
Rindu
(mampu) memecah sepi, (hingga) lantang (terdengar) bergemuruh menderu (dalam) hati
Menabur mimpi, dalam hasrat
(yang) menggebu di ujung (rasa) rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku
(berusaha) menemukanmu

3.4 Pembacaan Heuristik
Senandung Cinta
Khalil Gibran

Jiwa (
yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup) yang (telah) terkapar (dalam) nada rindu (yang) mengusik kalbu (pangkal perasaan batin)
(dalam) Nyanyian (ungkapan hati berupa sebuah lagu) yang tiada pernah (bisa) tergores (oleh) tinta
Nada kasih (yang) mengalir menembus sukma
Menyentuh batin (
perasaan hati) mengalirkan (kasih) sayang

(dalam) Nyanyian yang tiada pernah (bisa) tergores (oleh) tinta
Sungguh...betapa segala (rasa) resah mendesah
(ketika) Bimbang mengguncang (hati) dalam ketidak-abadian
Untuk siapa (-kah) nada ini kan menyapa (orang yang belum diketahui)

Di relung jiwa (telah) bersemayam segala rasa (gelisah)
Terhempas risau, melayang hilang (semua rasa)
Menjelajah hati (mencoba) menjawab (sebuah) tanya
(hingga) Hadir membayang dalam bayang-bayang (-mu)
(terasa) Getar ujung jemari (ketika) kabarkan kehadirannya ( orang yang disayang )
Nyata terasa getaran (hati) dijiwa (ini)
Bening air mata, (terlihat) berkaca-kaca
Bak air telaga yang (telah) memantulkan gemerlap (cahaya) bintang

Sendu merayu ditengah heningnya malam (sunyi)
Bercengkrama bersama (dengan) titik-titik embun
Membongkar (rasa) dinginnya kabut (dalam) rahasia (suatu perasaan yang dipendam)
Hingga kebenaran, (akan) datang  menjelang

Nada (telah) lahir dari ujung renungan (hati)
Mengalun (indah) bersama kesunyian
Menepis semua (yang menyebabkan) kebisingan
(sehingga) Mengalir diantara mimpi dan bayangan

(senandung cinta) Adalah cinta (yang) terbawa (ke dunia) nyata diantara alunan nada
Rindu (mampu) memecah sepi, (hingga) lantang (terdengar) bergemuruh menderu (dalam) hati
Menabur mimpi, dalam hasrat (yang) menggebu di ujung (rasa) rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku (berusaha) menemukanmu
3.5 Pembacaan Hermeneutik
Bait I
      Jiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu : penyair yang merindukan seseorang dan ingin mengungkapkannya lewat nyanyian
   nyanyian yang tiada pernah tergores tinta : akan tetapi nyanyian tersebut tak dapat dituliskan
nada kasih mengalir menembus  sukma : nyanyian itu hanya ada dalam hatinya
menyentuh batin mengalirkan sayang : hingga menyentuh batin dan selalu ada didalamnya kerinduan itu.
Bait I
Penyair ingin mengungkapkan bahwa perasaannya yang ingin disampaikan tidak dapat di wujudkan dalam suatu tulisan melainkan hanya mampu memendamnya di hati.
Bait II
      Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta : memperjelas lagi bahwa nyanyian itu tidak dapat terlukiskan atau dituliskan
      sungguh.. betapa segala resah mendesah : hingga ia merasa resah karena perasaan yang tak dapat dilukiskan itu
      bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian : mengetahui bahwa perasaan itu dapat berubah dan tidak abadi
untuk siapa nada ini kan menyapa : tidak mengetahui untuk siapa nyanyian yang tidak terlukiskan itu untuk siapa.
Bait II
Penyair menjelaskan kembali bahwa perasaannya tidak dapat diungkapkan melalui sebuah nyanyian yang dikarenakan bahwa perasaannya bimbang atas apa yang dirasakan.
Bait III
      Di relung jiwa bersemayam segala rasa : merasakan bimbang dan resah yang bercampur aduk dalam hatinya
      terhempas risau melayang hilang : akhirnya rasa itupun mulai menghilang
      menjelajah hati menjawab tanya : menghilang karena ia mulai mengetahui jawaban mengapa ia bisa bimbang dan resah seperti itu
hadir membayang dalam bayang-bayang: munculah seseorang dalam hatinya
Bait III
Rasa bimbang yang dirasakan penyair mulai hilang dikarenakan ia telah menemukan sang pujaan hatinya.
Bait IV
      Getar ujung jemari kabarkan kehadirannya : ia pun mulai menyadari siapa seseorang itu
      nyata terasa getaran di jiwa: semakin lama semakin jelas siapa seseorang itu dan hatinya semakin berdebar
      bening air mata berkaca-kaca: karena perasaan cintanya yang kuat, ia sampai menitikan air mata
bak air telaga memantulkan gemerlap bintang : dengan air mata itu iya merasa lebih melihat jelas siapa yang ada dalam hatinya itu.
Bait IV
Penyair telah menyadari siapa orang yang membuat hatinya berdebar hingga akhirnya ia mampu menitihkan air mata bahagia.
*       
Bait V
      Sendu merayu di tengah heningnya malam : ketika ia mengingat seseorang itu ia menjadi merasa sedih, seakan-akan cintanya itu telah pergi
      bercengkrama bersama titik-titik embun : kesedihan itu semakin bertambah
      membongkar dinginnya kabut rahasia : seakan memiliki rahasia yang belum terungkap hingga cintanya itu telah pergi
hingga kebenaran datang menjelang : ia hanya menunggu waktu hingga rahasianya itu akan terungkap suatu saat.
Bait V
Penyair merasa orang yang dicintainya telah hilang karena saat itu ia tak mampu mengungkapkan perasaannya dan ia hanya bisa menunggu waktu untuk mengungkapkan perasaan yang ada dalam hatinya.
Bait VI
      Nada lahir dari ujung renungan : ia menyadari bahwa nyanyian berasal dari renungan dan apa yang ia rasakan
      mengalun bersama kesunyian : nyanyian datang ketika suasana hati sedang sepi dan sunyi
      menepis semua kebisingan: nyanyian itu akan datang untuk mengisi kesunyian hati
mengalir diantara mimpi dan bayangan: nyanyian itu akan datang dalam mimpi dan menggambarkan sesuatu.
Bait VI
Penyair hanya bisa merenungi perasaannya yang disampaikan lewat sebuah senandung cinta dalam kesunyian dan berharap sebuah mimpi akan mengantarkan pada sesuatu yang di cintainya.
Bait VII
      Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada: nyanyian itu berhubungan erat dengan perasaan cinta
      rindu memecah sepi, lantang bergemuruh menderu hati: nyanyian itu yang menemani kesepian penulis yang merasakan kerinduan
      menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu: dengan nyanyian itu ia memiliki harapan baru
dibalik nada-nada cinta aku menemukanmu : dimulai dari nada yang tak terlukiskan itulah ia mulai mencari siapa yang ia cintai dan menemukannya
Bait VII
Penyair menyampaikan bahwa dari nada yang dituliskannya ia mulai menemukan harapan yang baru dan menemukan apa yang selama ini dicarinya.

3.6 Matrik dan Model
Jiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu  ↔ mengungkapkan bahwa penyair merindukan                           seseorang dan ingin disampaikan lewat sebuah lagu
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta  ↔ namun sebuah nyanyian itu tidak dapat dituliskan
Nada kasih mengalir menembus sukma  ↔ nada / nyanyian itu hanya ada dalam hatinya
Menyentuh batin mengalirkan sayang  ↔ hingga mampu menyentuh perasaan sang penyair
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta ↔ penyair ingin menjelaskan kembali bahwa nyanyian itu tidak dapat dituliskan
Sungguh...betapa segala resah mendesah ↔ merasakan kegelisahan atas apa yang dirasakannya
Bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian ↔ kebimbangan atas perasaannya tidak akan abadi
Untuk siapa nada ini kan menyapa ↔ penyair tidak mengetahui untuk siapa nyanyian yang tidak dapat dilukiskannya itu
Di relung jiwa bersemayam segala rasa ↔ dalam hatinya merasakan kebimbangan dan keresahan
Terhempas risau, melayang hilang ↔ penyair merasakan kegelisahannya itupun menghilang
Menjelajah hati menjawab tanya ↔ disini penyair sudah mulai mengetahui jawaban atas apa yang dirasakan oleh hatinya
Hadir membayang dalam bayang-bayang ↔ sosok yang ditunggu telah hadir dalam hatinya
Getar ujung jemari kabarkan kehadirannya ↔ penyairpun merasakan kehadiran orang yang telah menggetarkan hatinya
Nyata terasa getaran dijiwa ↔ hatinya mulai berdebar
Bening air mata, berkaca-kaca ↔ penyair mulai menitikan air mata karena kebahagiaannya telah mengetahui siapa yang disintainya
Bak air telaga yang memantulkan gemerlap bintang ↔ semakin jelas siapa yang dicintainya
Sendu merayu ditengah heningnya malam ↔ penyair merasa sedih
Bercengkrama bersama titik-titik embun ↔ kesedihannya semakin terasa
Membongkar dinginnya kabut rahasia ↔ penyair mempunyai rahasia yang ingin diungkapkannya
Hingga kebenaran, datang  menjelang ↔ namun hanya menunggu waktu yang akan menjelaskan semuanya
Nada lahir dari ujung renungan ↔ nada cinta itu lahir dari renungan yang dirasakan penyair
Mengalun bersama kesunyian ↔ nada itu ada ketika hati sedang merasa sunyi sepi
Menepis semua kebisingan ↔ nada itu akan datang untuk menyejukkan hati
Mengalir diantara mimpi dan bayangan ↔ hingga terbawa mimpi hingga menggambarkan sesuatu
Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada ↔ nyanyian ini merupakan ungkapan perasaan hati penyair
Rindu memecah sepi, lantang bergemuruh menderu hati ↔ kerinduan yang dirasakan menemani sang penyair disaat sepi
Menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu ↔ dengan nyanyian itu penyair mulai menemukan hasrat yang baru
Dibalik nada-nada cinta, aku menemukanmu ↔ dari nada yang tidak dapat dituliskan oleh penyair, ia berusaha mencari dan menemukan orang yang dicintainya

3.7 Varian
          Varian dalam puisi ini tergambar keinginan penulis untuk berusaha mencari sesuatu yang membuatnya bahagia, dalam hal ini adalah orang yang dicintainya. Dalam larik puisi ini bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian untuk siapa nada ini kan menyapa penulis merasakan kebimbangan yang begitu mendalam hingga merasa resah. Tak tahu untuk siapa perasaan yang dirasakannya sekarang, kebimbangannya selalu menyelimuti dan tak pernah tahu sampai kapan terjadi. Hingga akhirnya ia menorehkan kembali kata – kata menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu dibalik nada-nada cinta, aku menemukanmu dan berarti ia hanya mampu memendam apa yang dirasakan ketika mengetahui bahwa ia telah menemukan seseorang yang ternyata selama ini dinantikannya, tak berani dalam mengungkapkan apa yang dirasakanya hanya itulah yang dilakukan.
Sebenarnya ketika merasakan dan menemukan apa yang telah membuat jatuh cinta, merasa tedu dan nyaman bersamanya sebaiknya utarakan saja isi hati yang apa adanya, karena cinta merupakan anugerah terindah dan tak akan bisa ditebak kedalamannya. Menyembunyikan apa yang dirasakan dalam hati hanya akan menyakitkan diri sendiri, karena cinta merupakan misteri yang sulit dimengerti dan dipahami. Jadi ungkapkanlah apa yang dirasakan oleh hati, sebelum semua terlambat dan menyesal dikemudian hari.

.

























BAB IV
PENUTUP

4.1  Simpulan
Puisi Senandung Cinta karya Kahlil Gibran ini mencoba menorehkan suatu perasaan yang tak mampu tersampaikan dengan baik. Pemilihan kata yang begitu indah dalam tiap bait puisi membuat puisi ini sayang untuk diabaikan. Puisi ini dianalisis melalui intepretasi semiotik riffatere. Pemaknaan puisi ini menggunakan teknik pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil analisis puisi ini kemudian disusun dalam bentuk sebuah makalah untuk memenuhi persyaratan ujian akhir semester genap.
4.2  Saran
Memiliki sebuah rasa yang menggetarkan hati janganlah hanya dipendam sseorang diri, hendaknya diungkapkan ketika sudah mengetahui untuk siapa rasa itu tertuju. Terpendamnya perasaan yang ada hanya akan menyiksa diri sendiri, membuat hati dan hidup menjadi bimbang dan resah. Ungkapkan saja apa yang sebenarnya telah terasa dalam hati, sehingga mampu mengetahui bahwa sebenarnya apa yang terjadi itu tidak pernah salah.














DAFTAR PUSTAKA

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington: Indiana University Press.
Aminuddin.1995. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar BaruAlgesindo.
Barthes, Roland. 1981. Elements of Semiology. New York : Hill and Wang
Barthes, Roland. 1975. The Pleasure of the Text. New York: Hill and Wang
Berger, Arthur Asa. 2005. Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer,Sebuah Pengantar Semiotika (Terjemahan dari: Signs in Contemporary Culture, An Introduction to Semiotics), Jogja: Tiara Wacana.
Blackwell, Basil. 1986. Feminist Literary Theory: A Reader. Oxford: Basil Blackwell Inc.
Buchbinder, David. 1991. Contemporary Literary Theory and the reading of
Poetry. Australia: The Company of Australia PTY. Ltd.
Chandler, Daniel. 2007. Semiotics: The Basic. New York: Rouledge.
Cole, Camille & Andrew Smithberger. 1931. On Poetry. New York: Doubleday,
Doran & Company, Inc.
Davis, Robert Con. 1986. Contemporary Literary Criticism: Modernism Through
Poststructuralism. London: Longman Inc.
De Beauvoir, Simon. 2003. The Second Sex. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotics. Bloomington: Indiana University
Press
Fokkema, DW. 1977. Theories of Literature in the Twentieth Century. London: C.
Hurst & Company
Goldmann, Lucien. 1981. Method in the Sociology of Literature. Oxford: Basil
Blackwell Inc
Hawkes, Terence. 1978. New Accents Structuralism and Semiotics. London:
Methuen&Co Ltd.
Holman, Hugh. 1981. A Handbook to Literature. Indianapolis: Bobbs-Merrill
Educational Publishing
Jabrohim(ed). 2001. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha ,
Widia.
Jacobson, Roman. 1960. Lingusitics and Poetics. Cambridge: M.I.T. Press
Jauss, Hans Robert. 1982. Toward an Aesthetic of Reception. Minneapolis:
University of Minnesota Press
Jacobson, Roman. 1960. Linguistics and Poetics. Cambridge: M.I.T. Press
Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia
Perrine, Laurence. 1969. Sound and Sense: An Introduction to Poetry. America:
Hartcourt, Brace & World, Inc.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1991. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
____________________. 1987. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Prihatmi, Th. Sri Rahayu. 2004. Buku Pedoman Penulisan dan Konsultasi Tesis.
Semarang: Proram Magister Ilmu Susastra Undip
Ratna, Nyoman Kuta. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Scholes, Robert. 1978. Structuralism in Literature. New Heaven and London:
Yale University
Selden, Raman. 1986. A Reader’s Guide to Contemporary Literary Theory.
Sussex: The Harvester Press.
The Norton Anthology of American Literature. Third Edition volume 2. 1989.
New York: W.W. Norton&Company, Inc.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga
Wardoyo, Subur. 2005. Semiotika dan Struktur Narasi. Kajian Sastra. Vol 29.
Semarang
Worton and Still. 1991. Intertextuality: Theories and practice. Manchester:

Manchester University Press

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Erlin Forstavi - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -